Selamat Datang

Selamat datang dan selamat menikmati hidangan otak Anda. Blog ini khusus dirancang untuk Anda yang siap melahap dan mencari gizi-gizi buku yang bermakna.

Kamis, 11 Desember 2008

Agar Anak "Tercetak" Seperti Dididik Rasulullah

Judul : Seni Mencetak Anak Hebat
Penulis : Dr. Adil Syadi dan Dr. Ahmad Mazid
Penerbit : Solo, Mumtaza
Cetakan : Pertama, Oktober 2007
Tebal : X + 97 Halaman

Membesarkan, mengarahkan dan mendidik anak ‘hebat’ ternyata bukanlah perkara yang mudah dan gampang, apalagi bila dikaitkan dengan besarnya cita-cita orang tua yang menginginkan anaknya hebat dalam berbagai segi, baik dari intelegensi, emosi dan terlebih-lebih spritualnya. Saking berlebihnya keinginan orang tua terhadap anaknya, terkadang ia berlebihan dalam mencintai dan memperlakukan anaknya. Sehingga kecintaan yang ditanamkan bukan motivasi untuk meraih apa yang diidam-idamkan tetapi malah menjadi racun terhadap perkembangan kejiwaan dan kepribadian anak itu sendiri. Lantas, bagaimankah langkah agar anak ‘tercetak’ menjadi anak yang hebat? Buku “Seni Mencetak Anak Hebat” yang dikarang Dr. ‘Adil Syadi dan Dr. Ahmad Mazid ini secara sederhana akan membimbing orang tua untuk mencetak anak hebat ala Rasulullah Saw.

Buku yang dicetak pertama kali pada bulan Oktober 2007 ini menjadikan metode Rasulullah dalam mendidik anak sebagai rujukan utama dengan alasan bukan hanya karena perintah untuk senantiasa mengikuti perilaku Rasulullah dalam seluruh lini kehidupan, tetapi lebih didasari bahwa konsep dan metode Rasulullah jauh lebih handal dari konsep-konsep barat.

Secara keseluruhan, buku ini dibagi penulis ke dalam empat bagian yang tampak jelas hendak menularkan konsep dan metode Rasulullah dalam mendidik anak. Bab pertama diawali dengan membincang “Metode Nabi Saw. dalam Mendidik Anak”, bab kedua mengupas “Beberapa Keselahan dalam Mendidik Anak”, bab ketiga membicarakan “Solusi Problematika Anak”, dan bab keempat membahas “130 Tips Sukses Mendidik Anak”.

Di antara metode Rasululullah yang cukup menarik adalah, tentang menumbuhkan kepercayaan diri seorang anak. Dikisahkan, suatu ketika di hidangkan kepada Rasulullah semangkuk susu, lalu Rasulullah meminum sebagiannya. Di sebelah kanannya ada seorang anak kecil dan di sebelah kirinya ada orang tua. Lalu, Rasulullah berkata kepada anak kecil tersebut, “Izinkah dirimu jika aku berikan (sisa) susuku kepada orang yang di sebelah kananku? Anak kecil itu pun menjawab, “Tidak, demi Allah. Aku tidak izinkan orang lain mengambil jatah yang kau berikan untukku”. Di sini, kita dapat melihat bagaimana Rasulullah mengajarkan cara untuk menciptakan kepercayaan diri seorang anak yang sebenarnya tidak begitu bermasalah jika Rasulullah tidak menanyakan kepadanya.

Sekalipun bahasa terjemahan buku ini masih begitu cukup terikat dengan bahasa aslinya, tetap saja inti utama buku ini masih dapat terbaca dengan jelas. Saya merekomendasikan Anda untuk membaca buku ini, khususnya buat para orang tua.

Perensensi: H. Rahmat Hidayat Nasution, Lc., Guru IIS-DIM dan MTs Muallimin UNIVA Medan

Sulitnya Menyunting Gadis Celeopatra

Judul : Jasmine
Penulis : Sholeh Gisymar
Penerbit : Yogyakarta, Idola Qta, 2008
Tebal : 118 Halaman


Berawal dari kesempatan bepergian ke Mesir yang menggoreskan banyak kenangan dan pengalaman membuat Sholeh Gisymar terinspirasi menuliskan kisah nyatanya tersebut. Kenangan yang diangkat dalam novel kali ini tentang perkenalan dan kedekatannya dengan seorang gadis pramuniaga yang memiliki nama Jasmine. Dapat dikatakan, penulis sedang kena panah cinta dengan ‘gadis celeopatra’ sehingga tak dapat melupakannya. Bukan karena kecantikan paras Jasmine yang membuat penulis terpikat, tapi karena dengan gadis itu dia bisa bercanda dan menguji kebolehannya bersyair.

Novel yang diberi judul Jasmine ini berbeda dengan novel penulis sebelumnya, Hamidah. Jika dalam Hamidah penulis mencoba mengeksplorasi romantisme, kerinduan dan gairah dengan gaya yang amat santun, dalam Jasmine batasan-batasan kesantunan itu sedikit diperlonggar. Selain itu, dari segi bahasa penulis mencoba mendekatkan gaya bahasanya dengan gaya bahasa orang Mesir, tempat sebagian besar setting novel ini. Meskipun gaya bahasa asli penulis yang terkenal puitik, metaforik dan mendayu-dayu tetap menjadi salah satu aksesoris novel ini.

Novel ini dapat dikatakan menitipkan pesan kepada siapa pun yang membacanya bahwa cinta adalah bahasa universal yang tak pernah mengenal kelas sosial, batas geografis dan geopolitik. Cinta adalah bahasa jiwa. Meskipun banyak juga manusia yang mencoba mengingkari universalitas cinta dengan membuat hukum-hukum yang berdasarkan logika. Padahal, siapa pun orangnya akan sepakat menyatakan bahwa cinta tidak dapat dilogikakan.

Karena itu, gagasan novel Jasmine ini tidak hanya berkisah tantang perempuan cantik, tapi juga tentang adat, budaya dan keyakinan bangsa Mesir. Ditambah lagi, novel ini adalah kisah nyata yang dapat diperkirakan nama dan tempat yang digunakan sebagaian besar adalah fakta. Barangkali, jalinan kisah dan alur yang digunakan yang hanya menggunakan imajinasi.

Pesan moral lain yang cukup menjadi perhatian tentang betapa beratnya adat dan syarat-syarat untuk menikahi gadis Mesir. Kisah nyata ini membongkar semua itu. Di antaranya, calon suami harus menyediakan sebuah rumah. Dan itu belum termasuk mahar. Alasan kenapa harus menyadiakan rumah hanyalah sebuah kekhawatiran jika si suami ternyata tidak bertanggungjawab, sehingga rumah itu menjadi simbol rasa aman dan perlindungan yang dibutuhkan seorang perempuan.

Selain itu, ‘energi positif’ lain yang dapat dipetik dari novel ini tentang pemahaman berumah tangga menurut masyarakat Mesir. Kehidupan rumah tangga tidak cukup hanya bermodalkan cinta, tidak cukup juga dengan pertimbangan suami-isteri saja. Di sinilah gambaran cinta itu menjadi semakin luas. Ia juga meliputi kepandaian, kemauan, kerja keras dan juga harga diri. Karena itu, jika seorang laki-laki ingin menikahi anak gadis, itu berarti ia juga ikut menikahi seluruh keluarganya. Sehingga, menurut masyarakat Mesir, menikahkan anak dengan orang asing dan dibawa ke negeri suaminya akan membuat terputusnya tali silaturrahim anak gadis dengan keluarganya.

Novel ini cocok dibaca para pecinta yang ingin melanjutkan hubungannya ke pernikahan. Karena pengalaman penulis yang merasakan betapa sedihnya ketika cinta tak berakhir di pernikahan menjadi pelajaran yang cukup berarti. Juga, novel ini layak dijadikan bacaan buat siapa saja yang ingin mengetauhi bagaimana kehidupan dan syarat-syarat untuk menikahi wanita Mesir. Selamat Membaca!

H. Rahmat Hidayat Nasution, Lc., Guru di IIS-DIM Medan dan Mts Swasta Muallimin Medan

Kiat Jitu Agar Gila Membaca

Judul Buku : Bikin Kamu Tergila-Gila Membaca
Penulis : Prembayun Miji Lestari
Penerbit : Yogyakarta, Book Magz Kelompok Pro- U Media
Tebal : 163 halaman

Membaca bagi orang yang belum terbiasa terkadang merupakan hal yang teramat berat dilakukan. Bahkan, sebagian orang masih beranggapan bahwa dunia membaca adalah dunianya para akademis, penulis, pengamat dan sebagainya. Namun, sebenarnya siapa pun orangnya harus rajin membaca. Karena sulit diterima akal bisa meraih kesuksesan dan keberhasilan jika tidak suka membaca. Maka membaca dapat dilakukan siapapun tanpa ada kaitannya dengan profesi.

Buku ini memberikan motivasi dan petunjuk-petunjuk untuk mengawali agar suka membaca hingga cara memilih bacaan tepat dan mengatur anggaran dana untuk bisa membeli buku. Ada beberapa tips agar cinta membaca yang ditawarkan buku ini. Pertama, lakukan gerakan-gerakan yang mengarah pada aktivitas cinta dan gemar membaca. Misalnya, sering pergi ke toko-toko buku, perpustakaan atau ke pasar buku loak. Hal inilah yang dilakukan orang-orang Jepang sehingga negaranya dikenal sebagai negara “gila baca”. Toko-toko buku di Jepang banyak mengizinkan pembaca melakukan tachiyomi, membaca sambil berdiri meski tidak membeli. Kedua, beli dan bacalah bacaan yang disenangi guna merangsang daya tarik membaca, seperti novel, kumcer, cerita jenaka atau terserah yang kita suka. Ketiga, mulailah dalam keadaan fun, bersikap santai dan tidak tegang waktu membaca. Bahkan, boleh juga membaca sambil ngemil makanan asal bisa membuat tertarik untuk merangsang membaca. Keempat, Bacalah bacaan sedikit demi sedikit tetapi tetap kontinu untuk menghindarkan beban berat membaca banyak sekaligus. Kelima, jangan paksakan diri membaca jika sudah tidak “berselera” atau bete. Keenam, cobalah membaca buku selain yang kita senangi, seperti buku-buku How to untuk memperluas pengetauhan. Ketujuh, catat dan renungkan apa yang sudah dibaca agar membantu dalam memahami buku secara apik. Kedelapan, Endapkan pikiran barang sejenak, untuk kemudian melakukan pengembangan atas apa yang sudah dibaca. Siapa tahu bisa menemukan “rumus canggih” untuk kemudian ditulis. Kesembilan, segeralah menerapkan learning by doing. (hal. 71-73)

Tak hanya itu, di dalam buku ini penulis juga memberikan bocoran kriteria jenis bacaan bagus dan layak baca. Menurut Prembayun, ada dua belas kriteria bacaan bagus. Di antaranya, memiliki isi dan penyajian yang unik, mampu memacing emosi dan perasaan untuk membaca, mudah dicerna, mengandung ide-ide sehat, dapat memperluas pengetauhan, bersifat informatif dll.

Di antara masalah yang sering terjadi, ketika minat baca sudah tumbuh dan bahkan berhasil menempa diri kita menjadi book lover ‘pencinta buku’, kesulitan dalam mengatur anggaran dana untuk membeli buku terkadang menjadi kendala yang cukup pelik. Karena itu, penulis buku ini mencoba memberikan solusi ringan dengan cara mengurangi alokasi dana yang tidak begitu penting, seperti jajan-jajan. Jika hal ini juga tidak mungkin, cobalah untuk menyewa buku, baik di perpustakaan maupun di rental buku. Jika hal itu juga sulit dilakukan, cobalah untuk membuat maklumat kepada saudara-saudara atau teman-teman jika ingin memberi hadiah tolong hadiahnya buku. Jika itu juga sulit, cobalah mencari dan menggunting artikel-artikel yang ada di koran dan majalah. Intinya, jangan sampai putusnya semangat membaca.

Gagasan yang dituangkan penulis dalam buku ini barangkali akan lebih tajam dan lebih komprehensif ketika kita membandingkannya dengan buku Bahaya Bangsa Tanpa Minat Baca (Dr. Sabaruddin Tain, penerbit An-Najah Press). Walaupun buku itu lebih menyoroti persentasi tingkat baca anak bangsa dan fungsi keberadaan perpustakaan, tapi analisis di dalamnya dapat digunakan untuk melihat pentingnya menumbuhkan budaya baca. Kombinasi di antara kedua buku tersebut kiranya dapat menyadarkan kita bahwa dengan membaca kita bisa meraih kesuksesan dengan mudah dan mampu mengangkat martabat bangsa ini menjadi negara yang makin makmur, karena memiliki pakar-pakar yang siap menyelamatkan bangsa.

Rahmat Hidayat Nasution, Guru di IIS-DIM Medan dan Mts Swasta Muallimin Medan

Mengenal Karakter Cewek Idola

Judul : Rahasia Cewek
Penulis : Indari Mastuti
Penerbit : Jakarta, Hi- Fest Pubhlising,
Tahun Terbit : Cetakan 5, 2008
Tebal : 124 Halaman

Jika di awal tahun 90-an buku fiksi Hilman Hariwijaya yang berjudul “Lupus” laku keras di pasaran karena mengangkat tema tentang remaja. Indari Mastuti, saat ini, juga sedang mengikuti jejak kesukesan Hilman. Buku Indari yang berjudul “Rahasia Cewek” ini sedang naik daun atau best seller. Topik yang dikupas juga sama, tentang remaja. Jika boleh disamakan, Hilman dan Indari sama-sama mengambil sasaran pembaca yang sangat membutuhkan informasi. Informasi yang disampaikan mampu membuat remaja sadar dan mengerti bagaimana gaya hidup remaja semestinya.

Dengan gaya bahasa dan pilihan kata yang cukup familiar di kalangan remaja, buku Indari ini memberikan kejelasan tentang pribadi wanita agar disukai lawan jenisnya, yaitu lak-laki. Dengan “lead” bab yang menguraikan tentang perbedaan cowok dengan cewek, dilanjutkan dengan sifat dan karakter cewek, cara menghadapi cewek hingga trik menjadi cewek idola laki-laki dikupas Indari dengan jelas di dalam buku ini.

Jika dilihat sekilas, buku Indari ini seakan-akan hanya akan mengupas bagaimana menjadi wanita incaran para lelaki. Kenyataannya, buku ini juga mampu menuntun pembaca, khususnya wanita, akan menjadi lebih dekat dengan agamanya. Buku ini tidak hanya mengajarkan bagaimana agar lelaki tertarik dari sisi fisik saja. Tapi, dapat dikatakan, buku ini sangat aktif untuk mengarahkan wanita “cantik” dari sisi rohani atau jiwa.

Sikap cewek yang rentan terkena stress diterapi oleh Indari dengan menggunakan konsep agama yang sudah biasa terdengar. Yaitu hadapi dengan senyuman dan tawakkal kepada Allah. Dengan senyum dan penyerahan diri terhadap masalah yang dihadapi, menurut Indari, emosi yang sedang “meledak” akan segera terjinakkan. Karena ketika senyum, otot-otot diwajah terkontraksi. Ketegangan-ketegangan pun mengendur. Selain itu, dengan tersenyum aliran ke pembuluh darah terdekat jadi lancar. Akibatnya, darah menjadi dingin dan emosi menjadi tenang. (hal. 39)

Setelah diberikan terapi rohani terhadap permasalahan cewek, Indari juga memaparkan bagaimana karakteristik cewek yang sedang tertarik dengan cowok, bagaimana tipe cewek yang ingin diputusin dan cara memutuskan cowok tanpa ada permusuhan dan putusnya persahabatan. Intinya, Indari terkesan ingin tetap mengajarkan bagaimana tali silaturrahmi tetap terjalan, sekalipun statusnya sudah berbeda.

Semakin mendakati akhir bab di dalam buku ini, Indari makin membuat pembacanya penasaran. Karena Ia menjelaskan juga persahabatan ala cewek, kebiasaan apa saja yang dapat dikerjakan cewek dengan cowok. Dan terakhir, Indari juga ‘membocorkan’ tipe cewek cantik dan cewek cerdas.

Sejatinya, tulis Indri, cewek cantik bukan terletak pada pakaian yang dikenakannya, bukan pada bentuk tubuhnya, atau cara dia menyisir rambutnya. Kecantikan wanita terletak pada matanya, bagaimana memandang dunia. Karena di matanya terletak gerbang menuju ke setiap hati manusia. Selain itu, cewek cantik juga terletak pada jiwanya yang mampu menumbuhkan rasa cinta, kasih sayang dan perhatian, baik terhadap sesama jenis maupun lawan jenis. (hal. 98)

Adapun cewek cerdas yang ingin diuraikan Indri adalah cewek cerdas secara syariat. Kecerdasaan yang dimilikinya mampu membuatnya makin bertambah keimanannya kepada Allah Swt. Di mana pun ia berada dan apa pun yang dimilikinya, ia meyakini bahwa semuanya milik Allah yang dititipkan kepadanya dan hanya boleh digunakan untuk menghantarkan dirinya menjadi hamba Allah yang bertakwa. (hal. 105)

Buku ini cocok untuk cewek sebagai pedoman untuk menjadi cewek idola bagi semua orang. Sedangkan bagi kaum cowok dengan buku ini dapat mengetauhi semua rahasia tentang tentang cewek dari tanda cewek sedang jatuh cinta hingga tanda-tanda cewek ingin diputusin. Dengan buku ini, pertanyaan yang selama pernah terdetak di hati cewek maupun cowok akan dapat terjawab, sekalipun tidak sedetail mungkin.

H. Rahmat Hidayat Nasution, Lc, Staf Pengajar di Islamic International School Darul Ilmi Murni (IIS DIM) Medan dan MTs Swasta Muallimin UNIVA Medan

Aisyah Nikah Muda Bukan Mitos

Judul Buku : Aisyah Saja Nikah Dini!

Penulis : Ummu Aisyah

Penterjemah : Minanurrohman

Penerbit : Solo, Samudera

Tahun Terbit : Januari, 2008

Halaman : 104 Halaman


Apakah Anda termasuk orang yang meragukan Aisyah ra. dinikahi Rasulullah saat berusia 6 tahun? Atau, Anda termasuk orang yang percaya bahwa Aisyah ra. dinikahi di usia belia, tapi tidak tahu dalilnya? Atau bahkan, Anda percaya pernikahan Aisyah-Rasulullah, tapi ingin tahu cara membantah pendapat para orientalis yang menuduh Rasulullah sebagai pemilik libido tinggi dan mengalami kelainan seksual lantaran menikahi wanita berusia muda? Serentang pertanyaan tentang pernikahan Aisyah di usia muda tampaknya tidak akan mampu menggiring umat Islam untuk mengakui pernikahan Aisyah di usia muda adalah mitos. Ummu Aisyah dalam bukunya “Az-Zawaj Al-Mubakkir” yang diterjemahkan dengan judul “Aisyah Saja Nikah Dini!” mampu membendung klaim-klaim yang menyudutkan Rasulullah Saw. atau menggoyahkan keyakinan umat Islam tentang pernikahan Rasulullah-Aisyah.

Di antara bantahan Ummi Aisyah terhadap klaim-klaim negatif terhadap pernikahan Rasulullah-Aisyah adalah, kaum Quraisy yang selalu menunggu event-event yang tepat untuk memprovokasi umat agar menganggap Rasulullah Saw. adalah salah, keliru dan hanya akan membawa pada kehinaan, tidak memanfaatkan event in untuk kepentingan tersebut, namun menerimanya seperti hal yang lumrah. Selain itu, Aisyah bukanlah wanita pertama yang menikah pada umur muda dan juga bukan yang terakhir. (hal.40-41)

Dalam buku ini, penulis menyusun bab per-bab dengan apik dan saling memiliki keterkaitan. Diawali dengan menceritakan pensyariatan pernikahan dini melalui pernikahan Rasulullah dengan Aisyah, kapan status jariyah berubah menjadi imra’ah hingga Apa saja rahasia dibalik pernikahan Rasullah dengan Aisyah. Setelah penguraian yang cukup dalam tentang problema pernikahan Rasulullah-Aisyah, penulis pun menyingkapkan tabir rahasia pernikahan dini dengan menyelami rahasia Aisyah nikah di usia muda.

Tak cukup hanya itu, penulis pun merespon tanggapan miring tentang pernikahan dini. Di antaranya klaim bahwa di usia belia, otak seorang wanita belum matang dan tak akan mampu menanggung beban pernikahan. Menurut penulis, Anggapan di atas sangat salah, karena seorang perempuan ketika sudah mulai merambah pada usia baligh, sudah dapat diterka bagaimana dia ke depan. Jika memang berkualitas dari kecil pun sudah kentara, dan demikian sebaliknya. Untuk menguatkan pendapatnya, penulis memaparkan bagaimana kemampuan akal Aisyah di usia muda sudah ikut membicarakan masalah hijrah yang dinilai cukup besar. Kepercayaan Rasulullah terhadap Aisyah dalam rapat mengenai hijrah membuktikan bahwa klaim wanita usia belum matang akalnya adalah keliru.

Kemudian, penulis dalam buku ini membeberkan bagaimana keistimewaan Aisyah di sisi Rasulullah Saw., bagaimana cinta Rasulullah Saw. terhadap Aisyah dan sebaliknya. Tak pelak lagi, uraian-uraian tentang cinta Rasulullah Saw. terhadap Aisyah semakin membuktikan bahwa pernikahan di usia dini bukanlah menjadi kendala dalam membina rumah tangga yang harmonis.

Tak hanya itu, dua bab terakhir dipostingkan dua artikel yang mendukung tentang nikah muda. Artikel “Nikah Muda...Siapa takut!” membeberkan keutamaan menikah dan anjuran-anjuran Rasulullah untuk menikah. Sedangkan satu artikel lagi menjelaskan “4 Kunci Rumah Tangga Harmonis”. Yaitu, jangan melihat ke belakang, berpikir objektif, lihat kelebihan pasangan, jangan lihat sebaliknya, dan sertakan sakralitas berumah tangga.

Buku ini cocok bukan hanya untuk remaja, tapi juga bagi siapa saja yang ingin mengetauhi kenapa Rasulullah menikahi Aisyah di usia muda dan keistimewaan Aisyah di sisi Rasulullah. Selamat membaca!

H. Rahmat Hidayat Nasution, Lc., Guru IIS DIM dan MTs Swasta Muallimin Univa

Senin, 24 November 2008

Mengenal Surga Adam As

Judul Buku : Adam Tak Diusir dari Surga
Penulis : Agus Mustofa
Penerbit : Padma Press, Surabaya
Tahun terbit : Agustus 2007
Tebal buku : 256 halaman
Resentator : H. Rahmat Hidayat Nasution, Lc

Setelah bukunya yang berjudul “Ternyata Adam Dilahirkan” mendapat respon dari kalangan pembaca, kini Agus Mustofa kembali mengarang buku yang masih bertemakan Nabi Adam as. dengan judul “Adam Tak Diusir Dari Surga”. Dan dengan terbitnya buku ini, Agus Mustofa kian jelas, kian menggugah dan kian berani menampilkan sosoknya: sebagi hamba Allah yang ingin serius “berkonsentrasi” meraih cinta Rabb-nya dengan murni dan sebagai manusia yang ingin membuktikan bahwa ilmu tasawuf dapat dipadukan dengan sains. Ikhtiarnya itu pun, ternyata, membuahkan hasil pemikiran baru yang diberinya nama dengan “Tasawuf Modern atau Pendekatan Tasawuf dalam Kekinian”.

Buku yang dicetak bulan Agustus 2007 ini, dapat dikatakan sebagai tanggapan terhadap penilaian masyarakat yang acapkali mensinyalir bahwa buah khuldi menjadi biang keladi turunnya Adam dan Hawa dari surga. Padahal Allah, di dalam al-Qur’an, tidak menyebut buah khuldi secara eksplisit dan hanya menyebutkan pohon tersebut sepintas lalu, tanpa menyebutkan nama. Bahkan, yang menamakan buah khuldi (buah keabadian) sendiri justru muncul dari istilah Iblis ketika merayu Adam dan Hawa untuk memakannya. Itu pun tidak secara eksplisit menyebut buah, melainkan disebut dengan syajaratul khuldi alias ‘pohon keabadian’.

Selain itu, buku ini juga akan memaparkan beberapa masalah yang masih menjadi kontroversi ‘hangat’ tentang Adam as. dan turunnya dari surga. Di antaranya, ketidakbenaran Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam; kenapa Iblis dilibatkan untuk bersujud kepada Adam, padahal dia bukanlah dari golongan malaikat; Adam dan Hawa bukanlah tinggal di surga yang disediakan Allah bagi orang-orang yang beriman di akhirat kelak.
Penciptaan Hawa
Cerita penciptaan Hawa yang berasal dari tulang rusuk Adam hanya ‘terungkap’ di dalam hadits Nabi Saw. Tapi, jika dicari sumber ayatnya di dalam al-Qur’an yang mengupas perihal diciptakan dari tulang rusuk Adam, mungkin, hanya mengarah kapada ayat-ayat yang bercerita tentang ‘diri yang satu’. Sedangkan penyebutan Hawa sebagai nama isteri Adam as. secara jelas, nyaris tidak disebutkan di dalam al-Qur’an. Menurut Agus Mustofa, pengarang buku ini, untuk menemukan apakah benar Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam, haruslah diawali dengan pengumpulan dan pembacaan ayat-ayat al-Qur’an mengenai Adam dan isterinya, Hawa, secara kholistik.

Di dalam al-Qur’an, kata Agus Mustofa, Allah bercerita terlebih dahulu tentang Adam, para malaikat dan Iblis. Adapun Hawa, sebagai isteri Adam belum disebut-sebut. Bahkan sampai ketika Allah memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepada Adam pun, keberadaan Hawa belum disebut. Keberadaan Hawa baru mulai disinggung ketika Allah memerintahkan Adam tinggal di surga, yaitu setelah memperoleh pengakuan dari para malaikat dan setelah dibangkang oleh Iblis yang tidak mau bersujud kepada Adam. Karena itu, sangat dituntut untuk menganalisa dengan jeli tentang ayat-ayat yang bercerita tentang nafsuun wahidah (diri yang satu) dengan cerita tinggalnya Adam dan Hawa di dalam surga.

Ayat yang selalu digunakan sebagai klaim bahwa Hawa diciptakan dari diri Adam as. adalah surat al-A’raaf: 189. Namun, menurut Agus Mustofa, ayat tersebut akan rancu jika dipahamkan sebagai penciptaan Hawa dari diri Adam as. ketika dilanjutkan dengan memahami ayat setelahnya. “Tatkala Allah memberi kepada keduanya seorang anak yang sempurna, maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan-Nya kepada keduanya itu. Maka Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan (Qs. Al A’raaf: 190). Hal ini akan menyebabkan lahirnya pertanyaan baru, benarkah suami isteri itu adalah Adam dan Hawa? Benarkah mereka berdoa untuk memperoleh keturunan yang sempurna, dan setelah dikabulkan mereka mempersekutukan Allah? Nyaris tak ada satu keterangan pun yang mensinyalir bahwa pasangan suami isteri yang menyekutukan Allah itu adalah Adam dan Hawa.

Sedangkan menurut sains, “diri yang satu” adalah stem sel, yang kemudian membelah dan membentuk proses penciptaan manusia di dalam rahim. Sehingga, Agus Mustofa menyimpulkan bahwa distorsi pemahaman tentang hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam itu agaknya terkait dengan asal-usul stem sel yang terpancar dari tulang sulbi. Tapi, tetaplah bahwa Hawa bukan diciptakan dari diri Adam alias dari tulang rusuk Adam. Lantas, bagaimana penciptaan Hawa dan siapa orang tuanya? Dalam buku ini, Agus Mustofa menguraikannya dengan jelas.(hal. 65-75)

Iblis Bukan Malaikat
Setelah Allah membuktikan kecerdasaan Adam dengan diberi ilmu pengetauhan dan mudah menguasainya, Allah kemudian memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepada Adam, sebagai bentuk pengakuan dan penghormatan kepada seorang khalifah (Qs. Al-Baqarah 34). Namun, ada kejadian menarik dalam peristiwa sujudnya para malaikat kepada Adam yaitu, pembangkangan Iblis. Ayat ini menimbulkan peristiwa terkesan agak ‘aneh’. Karena tidak ada perintah langsung dari Allah kepada Iblis untuk bersujud, tapi di dalam ayat-ayat selanjutnya selalu dikatakan bahwa Iblis tidak mau bersujud dan dinobatkan sebagai pembangkang. Apakah Iblis termasuk golongan malaikat? Menurut Agus Mustofa dalam buku ini, ayat-ayat ‘perintah dan pembangkangan’ tersebut memberikan makna tersirat bahwa Iblis memang bukan malaikat. Karena itu, ia tidak termasuk yang diperintahkan Allah secara langsung untuk bersujud. Ia hanya diperintahkan secara tidak langsung, sebagaimana mahluk lainnya. (hal 121-124)

Mengenal Surga Adam AS
Di dalam al-Qur’an, Allah menceritakan bahwa Adam dan Hawa tinggal di dalam surga. Setelah mereka terbujuk rayuan Iblis, baru mereka disuruh turun ke bumi. Menurut pendapat mayoritas, bahwa surga yang dulu dihuni oleh Adam as. dan isterinya adalah surga yang kelak akan dirasakan kembali oleh orang-orang yang beriman di akhirat kelak. Namun Agus Mustofa berpendapat lain. Menurutnya, surga yang dihuni Adam as. bukanlah surga yang akan dinikmati orang-orang yang beriman di akhirat kelak. Jannah (surga) Adam berbeda dengan jannah (surga) yang dijanjikan Allah untuk orang beriman. Di dalam buku ini, Agus Mustofa menjelaskan ada 4 hal yang membedakan jannah (surga) Adam as. dengan jannah (surga) yang dijanjikan Allah kepada para hambanya yang beriman:
1. Kata jannah tidak selamanya hanya memiliki arti surga. Jannah juga dapat diartikan sebagai taman. Karena Allah seringkali menggunakan kata jannah untuk menggambarkan situasi yang penuh kenikmatan, seperti dalam surat al-Qalam: 17, “Sesungguhnya Kami telah menguji mereka (orang kafir Mekah) sebagaimana kami telah menguji pemilik-pemilik kebun (jannah), ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akan memetik (hasilnya) di pagi hari”. Karena itu, Agus Mustofa berpendapat bahwa pemakaian kata jannah sangat berkaitan dengan situasi wilayah Timur Tengah yang sangat panas, gersang dan sulit air. Sehingga kata ‘taman’ sangat mewakili.
2. Kata jannah yang digunakan untuk peristiwa nabi Adam di dalam al-Qur’an hanya dimaknai dengan ‘taman’ yang dilengkapi makanan yang serba berkecukupan untuk kebutuhan hidup. Sedangkan jannah akhirat digambarkan lebih komplek lagi. Misalnya, surga di akhirat nanti ada bidadari, sedangkan yang di jaman nabi Adam tidak ada. Surga di akhirat nanti digambarkan ada minuman dari sungai madu, susu, khamar dan kafur, sedangkan di jaman nabi adam itu tidak ada. Demikian juga halnya fasilitas yang dijanjikan Allah di surga akhirat berbeda dengan fasilitas yang dirasakan Adam as beserta isterinya.
3. Perbedaan itu juga tampak dari keberadaan Iblis. Di jaman Nabi Adam, setan bisa berkeliaran memasuki jannah. Dan kemudian menggoda Adam dan Hawa, akan tetapi, di akhirat kelak, setan dijamin tidak bisa masuk jannah, karena. tempat mereka adalah neraka.
4. Perbedaan terakhir, jannah di akhirat diberikan sebagai ‘balasan’ atas segala amalan manusia di dunia ini. Sedangkan jannah nabi Adam adalah ‘fasilitas’ kehidupan dalam taman indah berisikan makanan serba berkecukupan dan pakaian yang disediakan untuk kebutuhan hidup Adam dan Hawa. (hal.154-155)
Komentar
Setelah membaca buku ini, saya mengakui kecermelangan cara berfikir Agus Mustofa dalam mengungkap hal-hal yang cukup mesterius, atau bahkan mungkin hal yang tabu dan ‘jarang’ menjadi pikiran kita untuk dibahas. Tapi, tetap saja saya masih memiliki komentar terhadap buku ini. Pertama, Dimanakah jannah Adam saat ini? Apakah sudah fana? Karena hal ini akan semakin misterius ketika Agus Mustofa mensinyalir bahwa jannah Adam ada di bumi ini. Kedua, Mengapa Adam baru memiliki keturunan setelah ia dan isterinya ‘disuruh’ turun ke dunia? Bukankah kehidupan Adam dan Hawa di jannah memiliki waktu yang relatif cukup lama? Ketiga, Akan lebih maksimal jika Agus Mustofa memberikan sarana buat para pembaca, baik alamat email maupun berbentuk mailing list. Fungsinya, agar para pembaca yang memiliki beragam pertanyaan dapat menemukan jawaban dari penulis secara langsung, tanpa lama-lama ‘meraba’ untuk menemukan jawabannya. Sehingga buku seri Diskusi Tasawuf modern yang digagas Agus Mustofa ini semakin maksimal dan dapat dinikmati dengan baik.

Karena itu, saya merekomendasikan Anda untuk membaca buku ini, karena menurut saya buku ini sangat layak dibaca, tidak hanya untuk kalangan para intelektual muslim dan para ustadz tapi juga untuk masyarakat umum.

H. Rahmat Hidayat Nasution, Lc, kontributor artikel resensi buku situs penulislepas.com dan sinaimesir.com

Jumat, 21 November 2008

Kiat Jitu Praktik Marketing Rasulullah

Judul : Marketing Muhammad: Strategi Andal dan Jitu Praktik Bisnis Nabi Muhammad saw
Penulis : Thorik Gunara dan Utus Hardiono Sudibyo
Penerbit : Madania Prima, Bandung 2007
Tebal : Xii + 157 halaman

Sudah menjadi rutinitas, bahwa setiap tanggal 12 Rabiul Awal umat Islam memperingati hari kelahiran Rasulullah Saw. Rutinitas tersebut acapkali ‘dihiasi’ dengan mengenang beragam peristiwa yang terjadi di masa kelahiran Nabi Muhammad Saw. hingga masa ‘kegemilangannya’ menjadi rasul Allah. Agaknya, di antara peristiwa yang urgen untuk direnungkan dan dijadikan pelajaran, saat ini, adalah mempelajari bagaimana praktik bisnis Muhammad Saw. disaat muda atau ketika ia belum diangkat menjadi rasul Allah. Pasalnya, trend berbisnis saat ini kian marak dan kian meningkat.

Menurut literatur sejarah Islam, Nabi Muhammad Saw. sejak kecil sudah membiasakan diri untuk hidup mandiri dan berwirausaha, yang diawali dengan mengembala kambing milik Bani Sa’ad. Kemandiriannya muncul bukan karena ia miskin. Sejatinya, Muhammad Saw. hidup ditengah keluarga yang berkecukupan. Bahkan, keluarga ayahnya terkenal sebagai pembesar suku Quraisy, sehingga tidak diragukan lagi kesejahteran hidupnya.

Setelah sukses berniaga di negara sendiri, pada usia dua puluh lima tahun Muhammad ingin membuktikan bahwa ia bukan hanya ‘jago’ berbisnis di daerah sendiri, tapi juga dapat berbisnis diberbagai negara. Riwayat bisnisnya tersebut dimulai tatkala Khadijah mendengar kabar tentang kejujuran perkataan, kredibilitas dan kemulian akhlaknya. Hingga Khadijah pun mengirim utusan dan menawarkan Muhammad bin Abdullah agar berangkat ke Syam (baca; Syria dan Libanon) untuk memasarkan barang dagangannya.

Brand image muhammad yang memiliki akhlak mulia, jujur dan terpercaya menjadi ‘sinyal’ kuat untuk menjustifikasikan bahwa ia adalah pebisnis sukses yang belum pernah dicapai manusia sebelum dan sesudahnya. Buku “Marketing Muhammad: Strategi Andal dan Jitu Praktik Bisnis Nabi Muhammad saw” akan membuktikan bahwa aneka teori kesuksesan marketing yang dicetuskan Barat, sejatinya sudah dilakoni Muhammad saw. Bahkan, buku ini juga dapat dikatakan sebagai kritikan untuk buku “The Corporate Mystic” yang dikarang Gay Hendriks dan Kate Ludeman, yang menyatakan bahwa para pengusaha sangat penting untuk menjauhkan dirinya dari teologi dan kepercayaan spritualisme yang sangat berpotensi memecah belah, dan hanya boleh memetik manfaatnya, jika dijamin menguntungkan dan terpadu dengan teori-teori yang ada.

Penulis buku ini, Thorik Gunara dan Utus Hardiono Sudibyo, membagi isi buku menjadi lima bagian: mind share, market share, heart share, shoul share dan shoul marketing. Kelima bagian ini merupakan teori umum dalam dunia marketing untuk memasarkan produk. Akan semakin membuat takjub, ternyata teori-teori yang selalu digemborkan Barat sudah lebih dahulu direalisasikan Muhammad Saw.. Strategi mind share misalnya. Dalam strategi ini tercakup proses segmenting (cara membagi pasar berdasarkan variabel-variabel yang ada seperti geografi, prilaku dll), targeting (proses pemilihan target dan mencocokkan reaksi pasar dengan kebutuhan dasar) dan positioning (langkah menempatkan produk dalam benak customer).

Dalam musnad Ahmad dicatat, bahwa Muhammad saw. pernah memasarkan market Khadijah di komunitas penduduk Bahrain, tepatnya di pasar Mushaqqar. Yang cukup menarik, kebiasaan Muhammad sebelum melakukan segmentasi, ia terlebih dahulu mengenal market, sehingga mendapatkan detail konsumen yang diperlukan untuk melakukan proses segmentasi. Pola pikirnya yang menginspirasikan one on one marketing, jelas merupakan hal yang sangat mudah untuk memasarkan produk. Ia tidak hanya akan dapat menjual, tetapi juga dapat mendekatkan diri dengan konsumen. Hingga akhirnya ia dapat menggali hal-hal yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen. Dalam proses targeting, Muhammad menggunakan sistem one brand for all. Yaitu, denga menggunakan sifat al-‘amin (jujur) sebagai piranti sistem one on one marketing hingga ia mampu menyentuh individu konsumen. Ia tidak hanya berbisnis dengan kalangan raja tetapi juga dengan rakyat biasa. Dan dengan menggabungkan dua sistem di atas, Muhammad dengan mudah menentukan positioning. Ia tidak pernah mengalami pertengkaran dan perdebatan dengan konsumen dalam menentukan harga, bahkan konsumen kian percaya saat ia selalu tepat janji dalam mengantar barang-barang yang kualitasnya telah disepakati antara keduanya. Akhirnya, produk yang ingin dipasarkan benar-benar ‘terpotret’ dalam benak customer dan tak ada rasa kecewa sedikitpun. Bukan hanya itu, ketagihan konsumen untuk membeli market yang dijualnya pun kian meningkat.

Intinya, penulis ingin ‘menyematkan’ di benak pembaca, bahwa ada lima konsep yang diajarkan Rasulullah dalam melakukan bisnis: jujur, ikhlas, profesional, silaturrahmi dan murah hati. Apabila kelima konsep tersebut diaplikasikan akan melahirkan kepercayaan. Karena sebuah hubungan silaturrahmi yang dilandasi sikap murah hati oleh seorang profesional yang jujur dan ikhlas akan menghasilkan Trust (kepercayaan). Kalau sudah trust, loyalitas akan terlahir dengan sendirinya.

Selain itu, point lain yang didapat dari buku ini. Penulis sengaja memperkenalkan kehebatan, kekurangan dan bahkan kesalahan konsep yang dilakukan beberapa perusahan di dunia untuk menarik simpati customer. Misalnya perang tarif murah telepon dan sms yang terjadi antar operator telepon seluler di Indonesia. Menurut penilaian penulis, keterlibatan dalam fenomena perang tersebut menunjukkan kurang profesionalnya perusahaan. Karena customer bukanlah masyarakat yang buta dengan dunia perdagangan. Sudah pasti yang akan dipilih dan dicari pelanggan tetaplah yang dapat memberikan dan menjamin kenyamanan dalam berkomunikasi juga memiliki jaringan luas. Bahkan kepercayaan dan profesionalisme perusahaan yang menjadi operator tetap menjadi point utama customer. Dapat diteliti, bahwa customer yang tergiur dengan tarif murah operator hanyalah masyarakat kecil, yang sejatinya tidak begitu memberikan ‘untung’ banyak bagi perusahaan. Adalah lazim yang diincar pebisnis marketing, bagaimana membuat pelanggang semakin sering menggunakan jasa dan market. Bukan malah membuat perusahan kian terpuruk dikarenakan tak mampu mendapatkan target yang diharapkan.

Maka tak salah, bila Uken Juneidi, S.E. Ak, President Business Development Salamadani, memberi komentar terhadap kecerdasan penulis yang berhasil memaparkan strategi Rasulullah Saw. dalam dunia pemasaran, yang juga dilengkapi dengan kajian bagaimana pemasaran dilakukan dengan dasar akhlak yang baik dan strategi yang jitu. Maka, buku Martekting Muhammad Saw. ini sangat penting untuk dibaca oleh semua kalangan, terutama yang memiliki jiwa dagang. Insya Allah dengan membaca buku ini akan memberikan pencerahan bagaimana berbisnis yang sehat, halal dan baik.

Rahmat Hidayat Nasution, Pencinta buku-buku Indonesia Keagamaan

Menumbuhkan Kecintaan Anak Terhadap Al-Qur'an

Judul : Agar Anak Mencintai Al-Qur’an
Pengarang : Dr. Sa’ad Riyadh
Penterjemah : H. Yasir Maqashid, Lc
Penerbit : Pustaka Al-Kautsar, Jakarta
Tahun Terbit : Agustus 2008
Halaman : 120 Halaman

Buku ini mencoba memberikan bimbingan kepada orang tua maupun pendidik bagaimana merangsang dan menumbuhkan kecintaan anak terhadap al-Qur’an dengan sangat menakjubkan. Dengan bahasa yang ringan, Dr. Sa’ad Riyadh memaparkan metode-metode baru dan diprediksikan akan sangat berhasil membuat anak bisa mencintai al-Quran. Tidak hanya itu, beberapa trik yang dipaparkan juga mampu membimbing anak untuk semangat menghapal al-Qur’an.

Selain itu, penulis juga tak luput memberikan beberapa evaluasi ringan untuk pendidik di akhir setiap bab. Evaluasi tersebut sangat berkaitan sekali dengan kemampuan pendidik dalam menanamkan kecintaan anak-anak terhadap al-Qur’an, sehingga mampu membuat mereka suka membaca al-Qur’an dan semangat untuk menghapalnya. Dalam ranah pendidikan, ini menjadi bukti bahwa kesuksesan anak didik dalam menguasai materi sangat bergantung dengan kemampuan pendidik.

Dengan format panjang-lebar 13,5 x 20,5 cm, buku ini dibagi menjadi empat pasal. Pasal pertama mengurai secara tuntas mengenai kemampuan mendidik dan kaitannya dengan keharmonisan antara anak dan al-Qur’an. Dalam hal ini, yang menjadi titik sentral terciptanya keharmonisan anak dengan al-Qur’an adalah keluarga. Menurut Dr. Sa’ad, keluarga harus menjadi contoh teladan bagi anak yang diamanahkan Allah Swt. Keteladanan itu dapat dibentuk melalui rajin berinteraksi dengan al-Qur’an, aktif membunyikan kaset-kaset al-Qur’an yang dibacakan oleh para imam yang masyhur, dan mampu mengaplikasikan pesan-pesan yang terkandung di dalam al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Keteladan ini akan menjadi bekal contoh bagi anak untuk dapat mencintai al-Qur’an.

Sudah jamak diketauhi, bahwa tingkat pemahaman dan cara penghapalan anak-anak sangat tergantung dengan usia. Maka, usia anak untuk mencintai al-Qur’an juga menjadi pertimbangan. Dalam pasal dua, Dr. Sa’ad membeberkan beberapa metode agar anak usia dini mampu mencintai al-Qur’an. Metode tersebut sangat berkaitan dengan kepandaian pendidik. Menurut penulis ada 8 metode: mempersiapkan cerita atau dongeng yang isinya masih mengandung isi mencintai al-Qur’an, menampilkan sifat sabar dalam menghadapi anak, menggunakan metode terkini dalam mengajar seperti membuat game yang berisikan ayat-ayat al-Qur’an, memahami perbedaan kepribadian anak didik, selalu menceritakan kisah-kisah yang ada di dalam al-Qur’an, menyanyikan dan mengajari anak didik nasyid-nasyid yang isinya mencintai al-Qur’an, menjuahi hukuman fisik maupun mental namun tak lupa memberikan penghargaan kepada anak didik yang berhasil menghapal surat pendek misalnya, dan terakhir rajin menyebutkan semboyan yang mengandung arti cinta al-Qur’an, seperti saya mencintai al-Qur’an, al-Qur’an itu Kalamullah dll.

Demikian halnya juga dalam pasal tiga yang mengupas tentang mendidik anak didik yang berusia 6-12 tahun, penulis memberikan metode ringan namun cukup membuktikan agar anak cinta al-Qur’an, misalnya dengan menampilkan kisah-kisah dan keajaiban alam yang menunjukkan kemukjizatan al-Qur’an dalam bentuk visual seperti menonton melalui VCD.

Dan dalam pasal empat, Dr. Sa’ad membahas langkah-langkah yang tepat untuk menumbuhkan kecintaan anak didik yang lagi puber atau berusia 12 hingga dewasa terhadap al-Qur’an. Anak yang berusia seperti ini biasanya lebih banyak menggunakan akalnya. Karena itu, salah satu metode yang tepat untuk mereka adalah dengan aktifnya mengadakan dialog tentang isi al-Qur’an. Dialog yang membuat mereka berfikir tentang keagungan al-Qur’an. Di samping itu, tak lupa pula menjelaskan tentang faedah al-Qur’an.

Setelah memperhatikan materi-materi yang dikupas penulis, saya merekomendasikan kepada para orangtua dan guru-guru mengaji untuk membaca dan menjadikan buku ini sebagai pedoman. Karena menurut saya, metode yang ditawarkan penulis sangat cocok dan sesuai dengan kondisi saat ini. Buku ini memang layak dibaca.

H. Rahmat Hidayat Nasution, Lc., Guru Islamic International School Darul Ilmi Murni (IIS-DIM) Medan dan Mts Swasta Muallimin UNIVA Medan

(Artikel ini sudah dimuat di Harian Analisa Medan pada 14 Nopember 2008)