Selamat Datang

Selamat datang dan selamat menikmati hidangan otak Anda. Blog ini khusus dirancang untuk Anda yang siap melahap dan mencari gizi-gizi buku yang bermakna.

Senin, 21 Desember 2009

Jelajahi Masa Depan dengan Proposal Hidup


Judul : Tuhan, Inilah Proposal Hidupku…

Penulis : Jamil Azzaini

Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama

Cetakan : II, Mei 2009

Tebal : ix + 99 halaman

Beberapa hari lalu kita memperingati Tahun Baru Islam 1431 H, tentunya tak seorangpun umat muslim yang tak menginginkan tahun yang akan dilalui tanpa meraih kesuksesan. Terlebih lagi, Rasulullah SAW pernah menuturkan pesan penting untuk para pengikutnya, “manusialah yang paling mengerti masalah keduniannya”. Artinya, kanjeng Rasul SAW yang diamini sebagai wakil Allah di bumi ternyata juga menghargai personalitas, di mana ada wilayah pribadi yang tak bisa beliau arahkan sepenuhnya. Semuanya tergantung pada individu masing-masing. Kendatipun beliau sudah memberi arah dan penjelasan memadai mengenai hidup dan kehidupan di dunia ini.

Boleh dibilang, kehidupan seseorang merupakan anugerah Allah SWT yang sifatnya pribadi, yang memiliki wilayahnya sendiri dan juga kekhasannya sendiri. Apalagi, tak ada pengalaman hidup atau kehidupan yang sama antar manusia. Meskipun manusia tampak berjamaah, berorganisasi, bersosialisasi, bekerjasama, dan sebagainya. Nasib dan kehidupannnya tetaplah ‘didesaign’ sang Maha Kuasa yang sifatnya individual.

Adalah buku yang diklaim oleh penulisnya, Jamil Azzaini, sebagai workbook (buku kerja) ini memberi sebuah skema menarik bagi pembaca bagaimana seseorang harusnya mendesaign atau merancang hidup yang kelak ia pertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Caranya, dengan membuat proposal hidup. Menurut Jamil, demikian ia akrab dipanggil oleh teman-temannya, jika menghadapi sebuah acara satu-dua hari, baik berupa pertemuan, seminar atau peringatan hari kemerdekaan saja seseorang memerlukan proposal kegiatan, mengapa seseorang yang akan menghadapi kehidupan yang panjang tak membuat proposal? Inilah yang mendasari Jamil menggagas buku ini sesuai dengan motto hidupnya “Sukses Mulia”.

Tak hanya itu, proposal hidup yang diajarkan Jamil juga menjelajahi dan menyentuh dimensi syukur, karena tujuan perencanaan hidup tak lain adalah mengisi kehidupan dengan kebaikan yang nantinya meningkatkan martabat kemanusiaan pemiliknya. Memang, pencapaian atau hasil sejatinya milik Allah SWT. Tapi, dengan merencanakan dan berusaha mewujudkan tujuan-tujuan hidup kita telah menjadi hamba yang tahu berterimakasih pada Tuhan yang telah menciptakan.

Di antara arahan workbook yang diajarkan Jamil dalam buku ini, pembaca diminta untuk mengisi kolom kegiatan yang disukai, kolom kegiatan yang dicintai dan kolom kegiatan yang menghasilkan. Tampak jelas arahan-arahan yang ditransfer Jamil mengkader pembaca untuk menjadi orang yang sukes mulia. Sukses dalam merencanakan dan mulia dengan selalu mengingat bahwa apa yang dihasilkan saat ini tak luput dari keizinan dan kehendak Tuhan.

Yakinlah dengan memiliki, mengikuti dan mempraktekkan lembaran-lembaran arahan yang diajarkan Jamil dalam buku ini Anda sudah bisa menjelajahi ke mana dan bagaimana kehidupan beberapa tahun ke depan. Sehingga buku ini, jika boleh diklaim, wajib dibaca setiap muslim yang ingin meraih kesuksesan dan kemulian, baik dunia maupun akhirat. Selamat membaca dan mempraktekkan workbook dibawah arahan Jamil Azzaini, sang motivator “Sukses Mulia”.

Rahmat Hidayat Nasution, Resentator Tabloid Indonesia Monitor dan Pengurus Divisi IT Lembaga Baca Tulis (eLBeTe) SUMUT. Blog://menikmati-resensi.blogspot.com

Sabtu, 19 Desember 2009

(Masih) Mengharapkan Keberadaan KPK


Judul : Jangan Bunuh KPK
Editor :Tri Agung Kristanto dan Irwan Suhanda
Penerbit :Kompas, Jakarta
Cetakan : I, September 2009
Tebal : ix + 1324 halaman

Gelagat mengamputasi KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), baik dari sisi keberadaan dan kewenangannya, tidak kunjung usai. Beragam upaya dilakukan agar kinerja KPK tak melebihi pekerjaan polisi, kejaksaan dan hakim. Upaya itu begitu kentara, berawal dari keberatan terhadap ide pembentukan KPK hingga kewenangannya untuk menyadap telepon.

Sebenarnya, keberadaan KPK dan Pengadilan Khusus Tipikor adalah bukti keseriusan pemerintah, DPR dan masyarakat untuk melakukan pemberantasan korupsi. Hanya saja, pada saat bersamaan, Keberadaan keduanya juga membuka “luka” sakit hati dan kecemasan pada institusi lain. Apalagi, belakangan publik pun mulai membandingkan kinerja Pengadilan Khusus Tipikor dengan Pengadilan Negeri, bahkan sampai di Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung (MA), terutama dalam menangani perkara korupsi.

Jika dimonitor, hampir tidak ada terdakwa korupsi yang diadili di Pengadilan Khusus Tipikor yang dibebaskan. Sebaliknya, pengadilan negeri sampai MA (pengadilan umum), disebut-sebut banyak membebaskan terdakwa kasus korupsi yang diadilinya. Luka inilah yang menjadi awal ancaman bagi KPK dan Pengadilan Khusus Tipikor. Tanggal 19 Desember 2009 nanti merupakan waktu yang diberikan Mahkamah Konstitusi (MK) kepada pemerintah dan DPR untuk membuat dan mengesahkan Undang-Undang tentang Pengadilan Khusus Tipikor. Jika ini tidak terjadi, nasib perkara yang diselidiki KPK menjadi tidak jelas. Memang masih ada pengadilan umum yang bisa saja menerima dan menyidangkan perkara yang dilimpahkan KPK, tetapi hingga hari ini kepercayaan masyarakat pada pengadilan umum masih rendah dan cenderung kian merosot.

KPK, memang, bisa setiap saat ditiadakan, jika penegak hukum lainnya, yaitu jaksa, polisi, dan hakim di negeri ini bisa diandalkan dalam pemberantasan korupsi. Tentunya juga kepercayaan masyarakat pada lembaga penegak hukum ini sudah kian tinggi.

Jika dilakukan flashback, di antara amanat reformasi yang digulirkan tahun 1998 adalah pemberantasan korupsi secara tuntas. Sampai saat ini, masyarakat masih tetap menggantungkan kepercayaannya pada KPK dan instrumen yang dimiliki untuk melakukan pemberantasan korupsi. Malah dalam penyelesaian masalah skandal Bank Century, publik menilai KPK-lah yang lebih pantas diberi kewenangan ketimbang pansus yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

Jika KPK ditiadakan dengan berbagai cara, masihkah kita dapat berharap ada Indonesia yang benar-benar bisa bebas dari korupsi? Akankah kita kembali ke masa kelam yang membuat bangsa ini compang camping, terkoyak-koyak karena korupsi merajalela? Kepercayaan atau kredibilitas publik terhadap KPK hingga kini yang dapat membuat negeri ini kembali percaya diri.

Buku yang memiliki 324 halaman ini merupakan kumpulan berbagai tulisan yang pernah dimuat di harian Kompas, yang mencoba menggambarkan kompleksitas pemberantasan korupsi di negeri ini dan nasib lembaga pemberantasan korupsi di masa akan datang. Tentu saja kita menginginkan Indonesia yang bersih dari korupsi, yang nanti dapat diwariskan pada generasi penerus. Karena itu, dengan membaca buku ini, kita sedang menanam rasa untuk memelihara akan pentingnya pemberantasan korupsi di negeri ini

Buku ini terbagi dalam lima bab: ragam bentuk tindakan korupsi, perlawanan terhadap KPK, Dorongan terhadap keberadaan KPK, etika dan wewenang KPK, dan terakhir kasus-kasus korupsi yang ditangani KPK. Tak hanya itu, pada akhir buku ini dilampirkan perkara-perkara korupsi serta vonis yang dijatuhkan pengadilan terhadap pelaku korupsi

Buku ini layak dikonsumsi siapa saja yang ingin mengenal KPK dan mendukung keberadaannya. Paling tidak, dengan membaca buku ini menambah khazanah perihal sepak terjang KPK dalam membuat ciut nyali para koruptor

Belajar dari Salah


Judul : Buku Salah…(Bercermin dalam Kubangan Resah)
Penulis : M. Syukri Al-Bani
Penerbit : Wal Ashri Pubhlising, Medan
Cetakan : I, Oktober 2009
Tebal : ix + 135 halaman

Jangan baca buku ini, jika Anda tak siap dengan hati yang berani mengalami perubahan. Karena buku ini akan membawa Anda pada episode hati yang telah lalu. Episode yang siap mengajarkan Anda berubah merebut kebenaran dan kebahagian pasca kesalahan. Buku ini nyaris mirip seperti buku Robert T. Kiyosaki Rich Dad, Poor Dad. Kemiripan itu muncul, tatkala, sama-sama menilai kesalahan diri sendiri dan penilaian orang lain harus membuat kita berubah dengan komplit.

Jika Robert T. Kiyosaki menilai kesalahannya dilahirkan dari ayah yang miskin sehingga membuatnya kerap dicemoohkan oleh teman-teman sekolahnya yang ayah mereka kaya. Ia pun berfikir bagaimana merubah statusnya yang miskin. Karena miskin menjadikannya salah hingga cemoohan dan ejekan yang terus tercurah. Peristiwa yang dialami pengarang buku Rich Dad, Poor Dad juga dalam mendapatkan cemoohan kesalahan juga pernah dialami hampir setiap orang, termasuk penulis “Buku Salah… (Bercermin dari Kubangan Resah). Sehingga, kesalahan-kesalahan yang disematkan penulis, pada diri pembaca, melalui buku ini lebih menyentuh pada kehidupan sehari-hari yang dialami hampir setiap orang.

Maka pantas, jika buku ini diklaim sebagai heart book. Tapi, buku ini berbeda dengan heart book I yang berjudul“Menikmati Indahnya Sakit Hati”. Buku yang pertama mengupas masalah kegagalan cinta yang tak harus membuat kegagalan cita-cita, sedangkan buku ini memerkarakan masalah kesalahan yang bisa menjadi pemicu keberhasilan. Tak hanya itu, buku ini juga tidak mengajarkan tentang trik menyemai kesuksesan. Buku ini hanya mengajak untuk belajar dari kesalahan tanpa melupakan sisi kemanusiaan yang suka berbuat salah.

Di antara contoh tulisan ringan, seperti yang diklaim penulis pada simpul pengantar buku, adalah berteman dengan musuh. Dalam tulisan ini, penulis mengajarkan untuk tetap siap menerima kritikan dan cemoohan orang yang tidak suka terhadap pribadi kita. Karena yang paling tahu tentang kesalahan seseorang adalah musuhnya. Sehingga, berteman dengan musuh berarti mendengarkan cemoohannya, lalu merubahnya menjadi motivasi sebagai langkah untuk merubah diri menjadi seperti yang tidak diduganya. Karena musuh yang baik, tulis M. Syukri Al-bani, adalah musuh yang bisa mengajarimu menjadi lebih baik. Sahabat yang buruk adalah sahabat yang membuatmu menjadi lebih buruk. Maka, Sahabat dan musuh adalah dua orang yang siap mendulang kebaikan atau mendongkrak kejahatan. (hal. 17-18)

Jika membuka ‘rekaman’ lama tentang kesalahan pribadi, tentunya akan banyak yang bisa ‘digandengkan’ menjadi kesuksesan. Karena salah, dalam penilaian penulis, adalah sesuatu yang mampu menjadi konsumsi untuk mendapatkan kebenaran sesudahnya. Tak hanya itu, cukup banyak yang kita gunakan di dunia ini, sebenarnya, berawal dari kesalahan dan akhirnya berubah jadi kebenaran dan kesuksesan, seperti apa yang dilakukan oleh Thomas Alfa Edison. Keyakinannya ihwal setiap kesalahan mengantarkan pada pengetauhan yang baru dan mampu membuatnya menemukan kebenaran, kebahagiaan dan kesuksesan.

Buku yang memuat 36 tulisan ringan, yang membahas: Itu Marahku, Gelisah ini parah!, Air Mata Kehancuran dll. akan lebih apik dalam merubah paradigma kesalahan menjadi kebenaran, kebahagiaan dan kesuseksesan jika dikombinasikan dengan buku “Boleh Donk Salah” karya Irfan Amalee terbitan DAR Mizan. Kendatipun buku ini segmen pembacanya lebih mengarah kepada remaja, tapi analisisnya tetap sama dalam merubah salah menjadi benar dan mampu menyemai kesuksesan. Kombinasi di antara kedua buku tersebut, kiranya, dapat menyadarkan kita bahwa untuk meraih kesuksesan kita, terkadang, harus melakukan salah. Sehingga, jangan begitu mudah menyalahkan takdir Tuhan. Karena Tuhan itu Maha Adil dalam menentukan apa yang layak bagi kita, yang sesuai dengan apa yang kita pikirkan dan lakukan.

Terakhir, untuk membeli buku ini dapat menghubungi Sekretaris Ekskutif Lembaga Baca Tulis (eLBeTe) SUMUT dengan nomor handphone (HP): 081397609662 atau menghubungi peresensi di via email: nikmatnyajadiguru@yahoo.co
.id

Histori Pertumbuhan Neolibralisme di Indonesia



Judul : Neolibralisme Mengguncang Indonesia
Penulis : Syafaruddin Usman dan Isnawan
Penerbit : Narasi
Cetakan : I, 2009
Tebal : ix + 144 halaman

Kala kasus Skandal Bank Century terungkap, gerakan penyeru bungkam neolibralisme di negeri ini kembali mencuat. Demo pun terjadi di mana-mana meminta pelaku yang bersentuhan dengan ajaran neolib untuk dinokatifkan dari tugasnya. Kehebohan itu terjadi sama seperti kehebohan saat SBY memilih Boediono menjadi Cawapres saat Pemilu Juli lalu. Penolakan terhadap Boediono yang dilakukan oleh beberapa kalangan ketika itu terbukti, bahwa tokoh tersebut sangat tergantung dengan kapitalis global. Kasus Bank Century menjadi bukti konktritnya, karena telah mencekik masyarakat demi kepentingan yang tak beralasan.

Tentunya, masih banyak ‘jalan-jalan’ lain yang dilakonkan gerakan neolib di negeri ini. Gerakan itu sangat mungkin akan membuat negeri ini terpuruk, dan akan menyebabkan hukum akumulasi kapital kian berkembang. Sehingga, yang bakal terjadi nantinya yang kaya bertambah kaya, sedangkan yang miskin terus terpuruk dalam kemiskinan.

Adalah buku Neolibralisme Mengguncang Indonesia karya Syarifuddin Usman dan Isnawita layak menjadi bacaan publik untuk mengenal sejarah, pergerakan dan perkembangan neolibralisme di negeri ini. Perkembangannya, ternyata, sudah berurat akar sejak zaman Hindia Belanda, karena akar masalah neolib yaitu pemiskinan kaum miskin. Malah, dapat diklaim, akar tersebut tak banyak mengalami perubahan sejak era Tanam Paksa hingga Bantuan Langsung Tunai.

Buku yang memiliki panjang dan lebar 12 X 19 cm ini dibagi dalam dua belas bab. Bab perbab memiliki keterikatan dan keterkaitan, sehingga pembaca buku ini sangat dianjurkan untuk membacanya dari bab pertama hingga bab terakhir. Karena buku ini dapat dikategorikan sebagai buku sejarah. Sehingga pembaca sangat dituntut kesabaran untuk membacanya hingga sampai pada masalah perkembangan neolib di Indonesia.

Dari buku ini, dapat dipahami bahwa demokrasi ternyata menjadi lahan empuk bagi kapitalisme dalam mengajarkan misi utamanya. Demokrasi menjadi jalan hidup yang diterapkan dan ‘‘dipaksakan’’ untuk diterapkan di berbagai negara. Disebabkan kapitalisme memerlukan ruang ekspansi, maka rezim perdagangan bebas pun dibentuk. Karena itu, Amerika Serikat selaku pewaris sistem kapitalisme global merasa wajib menegakkan praktik demokrasi di seluruh penjuru dunia.

Boleh disebut, neolib merupakan sebuah keniscayaan sejarah. Memang patut disesalkan bahwa efisiensi bisa berarti rasionalisasi, dan peningkatan efektivitas anggaran pemerintah sama dengan pengurangan subsidi. Inilah yang makin membenamkan negara yang menganut aliran neolib selalu dalam kemiskinan.

Pertumbuhan neolib di Indonesia, dapat dikatakan, klimaksnya kala krisis ekonomi tahun 1998 yang telah membuat Indonesia kian terintegrasi ke pasar global. IMF memaksakan paket reformasi ala neolib sebagai syarat pengucuran bantuan sebesar US $ 43 miliar untuk menanggulangi krisis. Penerapan sistem pasar bebas dan privatisasi BUMN adalah dua hal pokok yang ditekankan oleh kebijakan IMF. Boediono dianggap sebagai salah satu tokoh yang ada di balik proses makin tercengkeramnya negeri ini di tangan IMF dan kaum kapitalis global. Gara-gara tokoh itu juga, istilah neolib menjadi sangat popular dan begitu gadang di negeri ini.

Kini sangat diharapkan, setelah terungkapnya kasus Bank Century, pemerintah dan bangsa ini terus mewaspadai gerakan yang membimbing untuk mengikuti ajaran kapitalis global. Tak hanya itu, sangat diharapkan juga pemerintah dan bangsa ini harus kembali pada sumber daya alam dan ekonomi mikro. Yaitu dengan memanfaatkan, misalnya, gas dan minyak bumi, untuk kepentingan industri plastik, tekstil dan lain-lain. Juga, sudah saatnya meningkatkan industri manufaktur melalui industri dasar. Jangan lagi mengantungkan kebutuhan dasar pada negara luar.

Saya merekomendasikan Anda untuk membaca buku ini, agar kita sama-sama mencari celah supaya ekses negatif praktik neolib yang terjadi di negeri selalu bisa direduksi. Paling tidak, kita bisa mengenal seperti apa sepak terjang ajaran Neolib yang digagas Amerika pasca kemenangan kapitalisme atas komunisme.

Rahmat Hidayat Nasution, Anggota Lembaga Baca Tulis (eLBeTe) SUMUT