Selamat Datang

Selamat datang dan selamat menikmati hidangan otak Anda. Blog ini khusus dirancang untuk Anda yang siap melahap dan mencari gizi-gizi buku yang bermakna.

Sabtu, 13 Agustus 2011

Memakmurkan Hidup Dengan Hipnosis

Buku : Dahsyatnya Life Hypnosis

Penulis : Agus Sutiyono

Penerbit : Penebar Plus +, Depok

Tahun Terbit : 2010

Halaman : iiV + 123 hlm

Tak sedikit orang yang berasumsi negatif saat mendengar kata "hipnosis". Karena mereka beranggapan, bahwa hipnosis selalu berhubungan dengan klenik. Kebanyakan orang menilai, hipnosis hanya digunakan untuk melakukan kejahatan. Padahal, hipnosis memberikan manfaat yang luar biasa menakjubkan. Ia bisa membantu menyelesaikan suatu permasalahan. Misalnya saja dalam pendidikan, dengan teknik hipnosis dapat mengatasi kesulitan belajar dan kurangnya konsentrasi. Hipnosis juga bisa membantu penyembuhan penyakit yang diderita.

Karena pengertian hipnosis, sejatinya, adalah seni komunikasi dengan pikiran bawah sadar. Kondisi hypnosis identik berkaitan dengan gelombang otak alfa dan theta. Dan kondisi ini dialami oleh setiap manusia. Yaitu, saat mau tidur dan saat bangun tidur. Jika diilmiahkan, pada saat mau tidur, gelombang otak akan turun dari beta, ke alfa, ke theta dan akhirnya ke delta (tidur pulas hingga mimpi). Demikian pula sebaliknya, saat bangun tidur. Gelombang otak akan naik dari delta, ke theta, ke alfa dan akhirnya berada pada posisi beta atau sadar penuh. (hal. 11)

Adalah Agus Sutiyono, penulis buku ini telah menggagas buku hipnosis yang bergizi dan renyah untuk dinikmati. Dengan menggunakan bahasa yang sederhana, mampu mengulas bagaimana indahnya hidup dengan senantiasa mengaplikasikan hipnosis. Karena dengan hipnosis manusia akan bisa meraih apa yang diinginkannya. Manusia bisa meyakinkan dirinya, bahwa apa yang diinginkan bila diiringi dengan kedekatan kepada sang Pencipta melalui doa dan afirmasi, semuanya bakal terwujud nyata.

Buku yang digagas oleh Agus Sutiyono ini diiringi dengan contoh-contoh nyata dan kerap dialami manusia. Artinya, contoh tersebut cukup sering terjadi dan cara penyelesaiannya memang dianjurkan oleh agama. Sehingga bila direnungkan setelah membaca buku ini, bisa jadi pembaca sudah melakukan hipnosis terhadap dirinya sendiri, hanya saja tidak mengetahui bahwa dirinya telah melakukan hipnosis.

Misalnya saja, bila kita berpikir,” Aku tidak punya apa-apa” maka hukum yang terjadi dalam kehidupan nyata adalah seperti apa yang dipikirkan. Karena kita telah melakukan komunikasi dengan pikiran bawah sadar bahwa kita tidak memiliki apa-apa. Sehingga, apa yang dipikirkan berdampak nyata dalam kehidupan. Itu adalah bagian dari hypnosis.

Di dalam buku ini, penulis juga mengajarkan kepada pembaca bagaimana merealisasikan hukum kemakmuran dalam hidup. Yaitu, pembaca harus memiliki keinginan yang kuat, lalu tuliskanlah apa yang pembaca ingin tersebut, kemudian buatlah catatan harian hari demi hari mengenai aktivitas pembaca. Maka rasakanlah tak lama lagi pembaca akan meraih kemakmuran yang diinginkan. Pembaca akan dibawa dari hari ke hari ke arah yang diinginkan. Dan jangan lupa, Pembaca harus rajin mengafirmasikan atau membayangkan bagaimana perasaan Pembaca saat menikmati atau sudah bersama dengan apa yang diinginkan.

Buku ini dibagi Agus Sutiyono menjadi tujuh bagian: Kenapa takut? Allah telah membarikan semua, Kekuatan pikirkan, Mengapa gagal, sakit dan menderita?, Langkah jitu menemukan keajaiban dalam diri, Afirmasi dan Visualiasi, Putuskan menjadi pemenang dan relaksasi dan skrip afirmasi.

Selain itu, buku ini dilengkapi dengan CD sugestif yang menuntun pembaca meraih apa yang diinginkan atau menyembuhkan penyakit yang diderita. Hemat saya, tak ada kerugian membaca buku ini. Pastinya, pembaca malah akan digiring menjadi manusia yang sangat dekat dengan sang Pemberi keinginan. Pembaca tak akan pernah lagi merasa bahwa sang Pencipta jauh dari kehidupan. Jika tak percaya, baca buku ini dan terapkanlah dalam kehidupan.

Peresensi: Rahmat Hidayat Nasution

Kamis, 11 Agustus 2011

Menikmati Momen Ramadhan

Buku : Jika Tahun Ini Ramadhanku Terakhir

Penulis : H. Ali Murthado

Penerbit : Menara Buku, Jakarta Selatan

Tahun Terbit : Juli, 2011

Halaman : XXiii + 177 hlm

Arvan Pradiansyah menulis di dalam kata pengantar bukunya “Cherish Every Moment”, “Kita akan bisa menikmati hidup kalau kita menghargai setiap momen dalam hidup kita”. Adalah Ali Murthado melakukan hal yang sama. Hal ini dibuktikannya dengan menulis buku “Jika Tahun Ini Ramadhanku Terakhir”. Saya melihat ada alur pemikiran yang sama antara Arvan Pradiansyah dengan Ali Murthado dalam menikmati setiap kesempatan atau momen yang dimilikinya. Mereka berdua mencoba mengajak pembaca setianya untuk bisa menikmati setiap alur kehidupan yang dijalani seperti apa yang telah mereka alami. Meski Arvan Pradiansyah menerbitkan buku tanpa mengkhususkan waktu tertentu, sedangkan Ali Murthado mengkhususkan dengan momen Ramadhan yang sedang dilalui oleh umat Islam saat ini.

Membaca buku yang digagas Ali Murtadho saat menjelang Ramadhan dan dilaunching tiga hari sebelum Ramadhan 1432 H, pembaca akan memahami bahwa hari demi hari di Ramadhan yang akan dilalui harus indah. Karena Ramadhan adalah anugerah tak ternilai harganya yang diberikan Allah SWT. kepada umat muslim yang diberi umur panjang untuk bertemu dengannya.

Melalui buku ini juga, Ali Murthado mengajak pembacanya untuk menghargai Ramadhan dengan melakukan proses penyatuan badan, pikiran dan jiwa saat sedang bersamanya. Hal ini tampak dengan mengingatkan manusia untuk senantiasa bertaubat. Mengingatkan manusia bahwa umur panjang mengindikasikan bahwa kuburan semakin dengan kita. Karena itu, setiap kita harus memperbanyak amal sebagai bekal.

Dengan tujuh belas tulisan yang dimuat dalam buku ini, pembaca akan tersentak dengan sadar bahwa menikmati hari demi hari Ramadhan yang dilalui dengan penuh kesungguhan akan menghantarkan pembaca melihat keistimewaan pada hal-hal yang biasa. Jika pembaca tak ingin masuk dalam kategori orang yang disedihkan oleh Rasulullah SAW.,”Berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan haus.”

Meski judul buku “Jika Tahun Ini Ramadhanku Terakhir” merupakan salah satu judul tulisan yang terdapat di dalam buku ini, namun keseluruhan isi buku ini nyaris mirip seperti apa yang dikatakan Thich Nhat Hanh dalam bukunya “The Miracle of Mindfulness” tiga cara utama untuk bisa menikmati setiap momen yang dilalui. Pertama bernapas. Artinya, mampu mengendalikan tubuh dan pikiran kita. Jika dikaji dalam buku Ali Murthado ini, ia termasuk dalam judul tulisan “Bertemu Ramadhan”, “Umur Panjang: Menyadari Keberadaan Kubur Semakin Dekat” dan judul tulisan “Langkah ke Depan: Taubatlah!”.

Kedua, mengamati diri. Maksudnya kita harus bisa mengamati setiap pikiran yang muncul. Jangan sampai virus-virus pikiran yang bersifat negatif menghampiri kita. Kita harus mampu menjadi pengawal istana yang selalu waspada. Dalam buku Ali Murthado ini, ia termasuk dalam tulisan “Rahasia Kejujuran”, “Ni’mal Abdu”, “Ayo Menangis”, “Hidup itu Singkat”, “Dunia Itu Ibarat Mimpi”, “Jika Tahun Ini Ramadhanku Terakhir”, “Kematian dan Wahyu Terakhir”, dan “Membawa Amal”.

Ketiga, Tersenyum. Maksudnya, kita harus bahagia dalam setiap kondisi apa pun. Karena senyum bisa membuat kita tak larut dalam bujukan emosi. Jika dalam buku Ali Murthado ini, kategori perilaku yang bisa membuat manusia selalu tersenyum adalah tampak dalam tulisan “Allah Selalu Hadir”, “Nikmat Surga”, “Husnul Khatimah”, dan “Sebaik-baik Manusia”.

Buku ini layak dibaca oleh siapa saja. Karena buku ini bersifat mengingatkan pembacanya. Buku ini tak mengandung unsur menggurui. Bagi saya, penulis buku ini seakan-akan ingin mengajak pembacanya bersama-sama untuk mengatakan seperti apa yang pernah dituturkan oleh pengarang Prancis, Edith Piaf, “Je ne regretted rien” (Aku tidak menyesali apapun)?

Peresensi: Rahmat Hidayat Nasution

Selasa, 09 Agustus 2011

Rahasia Wudhu’ Dalam Kajian Kesehatan

Buku : Sehat dengan Wudhu’

Penulis : Syahruddin El-Fiki

Penerbit : Al-Mawardi Prima, Jakarta

Tahun Terbit : Mei, 2011

Halaman : Viii + 124 hlm

Wudhu’ merupakan indikator salah satu syarat diterimanya ibadah seorang muslim. Perintah berwudhu’ yang dilakukan, baik sebelum shalat dan sebelum melakukan ibadah sunnah lainnya, seperti membaca al-Qur’an, bukanlah tanpa manfaat. Bahkan, doa yang dibaca usai berwudhu’ (allahummaj’alni min at-tawaabin waj’alni min al-mutathahhirin, waj’alni min ‘ibadika ash-shalihin) cukup nyata menunjukkan bahwa wudhu’ berperan untuk menjaga kesehatan jasmani dan rohani.

Dalam Islam, kesehatan adalah salah satu hal yang paling penting. Sebab, dengan modal kesehatan, seorang muslim dapat bekerja untuk menafkahi seluruh keluarganya. Dengan sehat pula, seorang Muslim dapat melaksanakan ibadah dengan baik dan lancar. Wudhu’ dijadikan Allah sebagai salah satu media yang berperan untuk menjaga kesehatan. Wudhu’ juga mampu merangsang dan menstimulus energy yang ada di dalam tubuh orang yang melakukannya. Seluruh peredaran darah di dalam tubuh akan menjadi lancar, bila berwudhu’ dengan cara yang benar.

Buku yang berjudul “Sehat dengan Wudhu’“ mengurai dengan detail bagaimana mekanisme wudhu’ mampu berperan menjaga kesehatan. Buku ini dibagi oleh Syafaruddin El-Fikri, penulis buku ini menjadi delapan bagian. Yaitu, Sehat dengan wudhu’, dari Akupuntu hingga SEFT, empat teori jadi satu, wudhu’ aktifkan titik-titik energi, syarat untuk membersihkan diri, hikmah dan manfaat wudhu’, wudhu’ batin, dan memelihara waktu.

Dalam bab “Wudhu’ Aktifkan Titik-Titik Energi”, pembaca akan menemukan bahwa di dalam organ tubuh yang dibersihkan saat wudhu terdapat beberapa titik energi. Pengakuan titik energi tersebut diakui oleh para ahli kesehatan dan akupuntur. Membasuh wajah, misalnya. Para peniliti dan ahli akupuntur menyebutkan, titik-titik akupuntur di wajah yang menjadi area wudhu berjumlah 84 titik. Maka dengan membasuh wajah secara benar, efeknya akan sangat bermanfaat untuk kesehatan.

Rasulullah SAW. telah cukup lama mengaklamasikan, “Kemilau cahaya seorang mukmin (kelak pada hari kiamat) sesuai dengan batas basuhan wudhu’nya”, maka menurut pakar kesehatan dengan membasuh muka saat berwudhu’ dengan sedikit pijatan, akan memberi efek positif pada usus, ginjal dan sistem syaraf maupun reproduksi. Sedangkan dari sisi kulit, akan membuat kulit wajah yang kencang, bersih dan membuat wajah bercahaya.

Konkritnya, apa yang dibersihkan saat berwudhu’ memberikan efek yang baik bagi kesehatan. Tampak sekali adanya harmonisasi antara wudhu’ dengan kesehatan. Maka wajar, jika Hatim al-Asham mengajarkan selain wudhu’ lahir, kita harus melakukan juga wudhu’ bathin yang tujuh: senantiasa bertaubat kepada Allah atas segala dosa, menyesali segala dosa-dosa yang dikerjakan dan berjanji tak akan mengulanginya lagi, membersihkan diri dari cinta dunia, menghindarkan diri dari segala pujian manusia, meninggalkan sifat bermegah-megahan, tidak berkhianat dan menipu, dan menjauhi perbuatan iri dan dengki. (Bab Wudhu’ Batin, hal. 107)

Buku ini layak dibaca oleh segala kalangan, baik para praktisi kesehatan maupun masyarakat awam. Selain bahasa yang digunakan penulis cukup sederhana, juga mampu menumbuhkan semangat pembaca untuk melakukan penjagaan kesehatan yang murah dan memang diajarkan oleh agama. Karena setiap hari, kita wajib mengerjakan shalat lima waktu. Dengan wudhu yang benar dan sesuai aturan, artinya lima kali dalam sehari kita menjaga kesehatan sambil beribadah kepada Allah.

Peresensi: Rahmat Hidayat Nasution

Senin, 08 Agustus 2011

Pola Pikir Islami

Buku : The Power of Positive Thinking For Islamic Happy Life

Penulis : Bilif Abduh, S.S

Penerbit : Citra Risalah, Yogyakarta

Tahun Terbit : Desember, 2010

Halaman : XIV + 116 hlm

Dalam al-Khawaatir, Syekh Muhammad Mutawalli al-Sya’rawi mengatakan, “pikiran adalah alat ukur yang digunakan manusia untuk memilih sesuatu yang dinilai lebih baik dan lebih menjamin masa depan diri dan keluarga.” Lantas timbul pertanyaan, bagaimana caranya agar memiliki pikiran yang baik? Islam yang ajarannya full dengan motivasi selalu mengajarkan pola pikir positif Islami. Dalam beribadah dan berinteraksi misalnya, umat Islam senantiasa diminta husnuzhan. Karena ia adalah salah satu dasar pola pikir positif Islami.

Kini, konsep pola pikir positif yang diajarkan di dalam Islam dengan mudah bisa dipahami dan digagas dengan baik. Karena telah hadir referesensi yang sengaja didesain khusus mengupas pola pikir positif islami. “The Power of Positive Thinking For Islamic Happy Life” adalah judul bukunya. Buku yang memiliki ukuran 13 X 20 cm ini mengurai dengan rinci bagaimana menggagas dan memiliki pola pikir islami. Plus, ditampilkan 30 kisah Menuju Hidup Positif yang diiringi dengan penjelasan petikan hikmah dari masing-masing kisah.

Menurut Bilif Abduh, S.S, penulis buku ini, ada lima dasar pola pikir positif Islami. Yaitu, Husnuzhan, Tafa’ul (optimis), tawakal, al-I’timadu ‘Ala Nafsi (percaya diri) dan silaturrahmi. Dengan memiliki kelima dasar pola pikir ini, secara otomatis akan menimbulkan efek pengaktifkan “tombol” pikiran positif. Orang yang senantiasa tafa’ul misalnya, ia tak akan pernah goyah dalam menjalani hidup. Kesulitan yang dialami akan dihadapi dengan semangat, karena ia telah mengaktifkan “tombol” tersibaknya kekuatan Diri. Dengan kekuatan diri yang dimiliki, kesulitan yang dirasakan akan segera berganti menjadi kebahagian dan kesuksesan.

Karena itu, dalam sub bahasan “Tegar dalam Melangkah”, penulis mencamkan kepada pembaca, “surutnya langkah kaki seseorang, tipisnya kemauan dan semangatnya untuk maju disebabkan ia tak benar-benar mempraktikkan kekuatan besar yang dimilikinya, yaitu berpikir positif.” Artinya, hanya mereka yang tidak berani berpikir positif dalam menjalani alur hidup yang akan selalu merasakan kegagalan demi kegagalan. (hal. 33)

Optimislah dalam menjalani hidup. Pesan penulis ber-ulang kali di dalam buku ini, meski dengan redaksi yang berbeda. Berangkat dari pikiran positif, Allah SWT. tidak akan terus membiarkan hamba-Nya dalam keterpurukan. Ketika ada usaha dan upaya yang ditunjukkan, pertolongan Allah SWT. pasti datang. Allah sendiri dengan secara jelas melarang hamba-Nya berputus asa.

Akan lebih apik lagi pemahaman pembaca mengenai berpikir positif, bila dikombinasikan dengan buku “Terapi Berpikir Positif” yang ditulis oleh Ibrahim El-Fiky. Karena pembaca akan menyadari bahwa pikiran yang dimiliki ternyata mengandung kekuatan yang luar biasa. Kedua buku ini akan membuka cakrawala, bahwa kita adalah dahsyat. Jauh lebih dahsyat dari apa yang pernah kita bayangkan. Selamat membaca, menggagas dan memiliki pola pikir islami.

Peresensi: Rahmat Hidayat Nasution

Menjadi Mahasiswa Surplus dan Mandiri

Judul : 3 Kunci Lepas Subsidi

Penulis : Dwi Suwiknyo

Penerbit : Leutika

Cetakan : I, April 2010

Tebal : ix + 129 halaman

Mengatur keuangan bagi mahasiswa merupakan hal yang urgensitas. Apalagi untuk bisa menyesuaikan subsidi atau uang saku yang diberikan orang tua dengan kebutuhan kuliah. Pengaturan subsidi tersebut tak hanya sekedar perkiraan hingga akhir bulan. Karena sudah jamak diketauhi, bahwa kebutuhan mendesak dari tugas-tugas kuliah bisa menjadi penyebab timbulnya stress. Apalagi, jika sampai memiliki utang yang bertimbun dikarenakan subsidi yang diberikan orang tua dirasa tak cukup.

Adalah buku “3 Kunci Lepas Subsidi” yang ditulis Dwi Suwiknyo ini menjadi solusi tepat atas permasalahan di atas. Karena di dalam buku ini, penulis memberikan kunci yang dapat menyulap hari-hari mahasiswa yang diselimuti rasa khawatir kehabisan uang saku di akhir bulan menjadi penuh dengan kebahagiaan dan keceriaan. Bahkan, diprediksikan tak akan pernah lagi berkeinginan untuk mengutang kepada orang lain.

Kunci pertama yang diajarkan adalah, dengan membuat catatan kebutuhan pokok setiap bulan tanpa boleh ada yang terlupakan sedikitpun. Pekerjaan ini memang terkesan remeh, tapi inilah awal penolong untuk membuat hidup benar-benar sejahtera. Plus, langkah ini pula yang menyemai keuangan mengalami surplus (mendapatkan uang berlebih), bukan minus.

Kunci kedua setelah mendapatkan surplus, penulis mengajarkan cara bagaimana meningkatkan kesejahteraan hidup. Jika selama ini keuangan dirasa pas-pasan atau mendapatkan surplus tak seberapa, penulis memberikan tips agar bisa meraih pendapatan tanpa mengesampingkan kuliah. Caranya, dengan mengembangkan potensi yang dimiliki. Misalnya dengan menjadi penterjemah lepas, menulis artikel di koran-koran dll. Sehingga di akhir bulan, tak hanya mendapatkan surplus dari subsidi yang diberikan orang tua, tapi juga bonus dari hasil pengembangan potensi yang dimiliki.

Sudah menjadi tabiat manusia ingin hidup mandiri. Di kunci ketiga, penulis mengajarkan langkah-langkahnya. Sehingga, akan timbul keyakinan untuk bisa hidup mandiri tanpa pernah berharap lagi pada subsidi orang tua. Yaitu, dengan menginvestasikan uang yang dimiliki pada sumber yang tepat, sembari terus mengembangkan potensi yang dimiliki.

Keunggulan lain buku ini, penulis tampak sengaja menuliskan dengan alur penulisan yang tidak sedikitpun membuat pembaca merasa jenuh membacanya. Selain teorinya dipaparkan dengan apik, ada ilustrasi kisah yang diperankan sebagai penjelasnya. Bahkan, hemat saya, kisah tersebut merupakan kisah nyata atau pengalaman penulis sendiri. Tanpa ada maksud memuji terlalu tinggi, isi buku memang mengena sekali terhadap segmen pembacanya, yaitu mahasiswa. Karena itu, saya merekomendasikan buku ini untuk dikonsumsi oleh mahasiswa atau remaja. Dan bagi orang dewasa, buku ini juga bisa menjadi rujukan dalam membimbing remaja agar memiliki keuangan yang surplus dan mandiri.

Peresensi: Rahmat Hidayat Nasution

Minggu, 07 Agustus 2011

Dahsyatnya Terapi Maaf

Buku : Kekuatan Terapi Maaf

Penulis : Endah Faisal Aziz

Penerbit : Belanoor, Jakarta

Tahun Terbit : 2011

Halaman : Viii + 144 hlm

Marah kerap dimaknai oleh kebanyakan orang sebagai refleksi dari sakit hati. Refleksi seperti ini ternyata tidak baik dan sia-sia, karena ia hanya berperan untuk memuaskan keinginan hati sesaat. Apalagi Rasul SAW. menyatakan, “Marah itu dari Setan” (HR. Abu Daud). Tentu saja tak seorang pun ingin berteman dengan setan.

Benar, tak ada satu pun ayat melarang marah. Tapi marah bukanlah solusi yang tepat untuk meluapkan kesal, sakit hati, kecewa dan lain-lain. Karena ia bisa berpotensi memunculkan stress yang berujung pada dendam. Jika sudah dendam, maka akan segera timbul rasa benci dan sulit sekali menilai orang yang dimarahi dengan perasaan positif.

Adalah buku “Kekuatan Terapi Maaf” yang ditulis oleh Endah Faizal Aziz ini memberikan pencerahan kepada pembaca ihwal buruk atau sakitnya menyimpan amarah hingga efeknya dapat menggangu kesehatan, seperti berpotensi menimbulkan penyakit jantung, maag dan sebagainya. Melalui buku ini, penulis ingin mengungkapkan bahwa dengan energi menahan diri dari marah dan memberikan maaf tidak akan menimbulkan efek penderitaan yang panjang.

Bila dikaji di dalam Al-Qur’an, yang hanya dipuji adalah orang yang mampu memberi maaf kepada orang lain, bukan orang yang marah. Di dalam surat Ali Imran ayat 134, Allah SWT. dengan jelas menyatakan bahwa mereka yang mampu menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain posisinya disetarakan atau disejajarkan dengan mereka yang menafkahkan hartanya di waktu lapang dan sempit.

Buku ini dibagi penulis ke dalam lima bab. Di awali dengan mengajak pembaca untuk merenung mengapa harus memaafkan. Kemudian mengungkapkan ayat-ayat-ayat al-Quran dan Hadis tentang memaafkan, proses memaafkan, dahsyatnya memaafkan, lalu ditutup pembahasan buku ini dengan doa dan zikir untuk ketenangan hati dan menghilangkan dendam.

Membaca buku ini, pembaca tidak hanya diterapi menghilangkan marah dengan terapi ruhani seperti membaca doa-doa yang menenangkan hati, tetapi juga dibimbing secara fisikis. Yaitu, apabila sadar ingin atau telah marah, pembaca diminta untuk menarik napas, setelah itu menghembuskannya. Kemudian, segera pikirkan apa dampak negatif jika marah kepada orang lain dan apa dampak positif jika memberi maaf kepada orang lain. Bandingkanlah mana manfaat yang baik bagi diri.

Selain itu, pembaca juga diingatkan untuk melakukan konsep terapi Rasulullah. Apabila marah dalam kondisi berdiri hendaklah duduk. Jika marahnya belum hilang juga hendaklah berbaring, dan jangan lupa segeralah berwudhu’ jika sedang marah.

Dingin dan segarnya air wudhu’ akan membuat kepala dan hati yang panas terbasuh dengan kesejukan. Aktivitas perubahan gerak dan berwudhu’ sudah menjadi indikator bagi orang lain bahwa Anda menterapi diri dari kemarahan. Secara tidak langsung, energi maaf pun mulai digagas hingga benar-benar menjadikan Anda memiliki perilaku pemaaf.

Saya merekomendasikan Anda untuk membaca buku ini. Karena akan terbuka cakrawala kita mengenai betapa dahsyatnya memiliki perilaku pemaaf. Anda akan tersadar dengan benar bahwa perjuang dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW. tak akan berhasil andai saja Rasulullah tidak memiliki sifat dan jiwa pemaaf. Mari memiliki energi maaf agar hidup menjadi kian mantap.

Peresensi: Rahmat Hidayat Nasution

Sabtu, 06 Agustus 2011

Menulis: Terapi Penyembuhan dan Penyelaman Diri

Buku :The Miracle of Writing (Memunculkan Keajaiban Menulis)

Penulis : M. Iqbal Dawami

Penerbit : Leutika, Yogyakarta

Cetakan : Pertama, November 2010

Tebal : xiv + 167 halaman

Dengan desain cover berwarna merah darah, buku “The Miracle of Writing” kian menunjukkan kepada pembaca bahwa buku yang sedang dipegang ini akan memberikan energi besar. Ada transfer spektrum yang luar biasa yang diberikan untuk memompa semangat menulis. Sehingga, bisa diklaim, semangat yang diberikan bukan diperuntukkan bagi mereka yang hanya ingin menjadikan menulis sebagai ‘ladang’ pekerjaan. Semangat yang ingin ditransfer adalah murni semangat menulis dan menulis. Tak lebih dan tak kurang.

Tampaknya, opini Iqbal Dawami, penulis buku ini, senada dengan Natalie Goldberg, penulis buku “Writing Down the Bones: Freeing the Writter Within” bahwa menulis adalah cara untuk membantu dalam menyelami kehidupan dan menjadi seimbang. Karena itu, penulis buku ini memaparkan proses demi proses yang terjadi dalam menulis dengan sederhana dan renyah untuk dinikmati.

Menulis adalah aktivitas yang menakjubkan. Karena selain cara terbaik untuk mengungkapkan isi hati juga bisa menjadi terapi. Terapi yang dihasilkan bukan sekedar untuk penyakit yang ringan, tapi juga untuk penyakit yang berat seperti kanker. Dalam buku ini, pembaca akan diberi suplemen cerita-cerita rill bahwa menulis kerap dijadikan terapi sederhana untuk mengurangi beban penyakit yang diderita.

Dapat dikatakan, M. Iqbal Dawami, penulis buku ini tampak sekali menunjukkan spesialisasi menulisnya di rubrik resensi. Pasalnya, cukup banyak kutipan-kutipan yang diangkat penulis yang, sepertinya, merupakan catatan-catatan hariannya tentang buku-buku yang telah dibacanya sebelum diresensi. Sehingga, saat ingin menunjukkan gagasan seorang tokoh, ia tidak hanya mengungkapkan gagasannya saja, tapi juga diiringi dengan kepribadian sang tokoh.

Tentunya, buku ini menjadi kaya. Kaya akan informasi dan kaya semangat. Saking besarnya kekayaan buku ini, penulis tak ada rasa canggung untuk menyatakan bahwa menulis sebagai jalan asketis. Jalan yang harus siap untuk angkat sumpah dalam hati dengan setekun-tekunnya membaca, menulis, beraktivitas dan bersiap hidup miskin (hal. 41).

Keberanian penulis menjustifikasi demikian, tentunya, menabrak opini para penulis buku lain yang menyatakan siapa bilang penulis tidak bisa kaya. M. Iqbal Dawami berani bicara jujur bahwa jalan menulis bukanlah jalan bisnis. Jalan menulis adalah jalan pengabdian diri yang total pada kelanjutan ingatan peradaban bagi generasi berikutnya. Maka penulis sejati, lanjut M. Iqbal dawami, adalah penulis yang menunaikan kewajibannya dengan hanya menulis dan menulis. Bukan sibuk dengan menghitung besarnya royalti.

Buku ini dibagi penulis menjadi enam bagian: Bukti ilmiah keampuhan terapi menulis, Menulis dan peradaban, Melejitkan diri lewat menulis, Orang-orang yang Tercerahkan dengan Menulis, Mengaca pada Catatan Harian Terkenal, dan Merencanakan Hidup Sukses dan Bahagia dengan Menuliskannya.

Dan, buku ini akan lebih sempurna memberikan motivasi dan semangat dalam menulis, jika dikombanasikan dengan buku “Seni Mengukir Kata” karya Mulyadhi Kartanegara. Karena di dalam buku ini juga mengajarkan cara menulis terbaik adalah dengan aktif membuat catatan harian. Dengan aktivitas tersebut akan memudahkan di dalam menyusun tulisan yang diinginkan, baik tulisan yang ringan maupun yang berat seperti karya ilmiah. Intinya, kedua penulis sepakat dengan apa yang dikatakan imam al-Ghazali, “sepudar-pudar tulisan masih lebih baik daripada pikiran yang baik, tetapi tak terlestarikan.”

Rahmat Hidayat Nasution, Pengurus Lembaga Baca-Tulis (eLBeTe) Sumatera Utara

Memoar dan Petuah Bijak Putra Langkat

Buku : Mutiara Melayu dari Langkat: Prof. Dr. H. Mohammad Hatta
Penulis : H. Ahmad Perdana, MA dan Dr. H. Zainal Arifin, MA
Editor : Dr. H. Muhammad Sofyan
Penerbit : Duta Azhar, Medan, 2010
Tebal : 159 halaman

Seperti dalam kata pengantar ketua tim penyusun, Dr. H. Muhammad Sofyan, buku ini dinamakan dengan mutiara lantaran memiliki keindahan. Keindahan yang bukan sekedar asyik dipandang, namun keindahan yang cukup membangkitkan semangat untuk ingin memiliki juga. Kepemilikan yang diinginkan bukan bermotif totalitas keirian, tapi bersifat ghibtoh (ada rasa ingin memiliki, tapi tak ingin hal tersebut hilang dari pemilik aslinya).

Membaca perjalanan hidup yang diarungi oleh Prof. Dr. H. Mohammad Hatta, yang digagas dalam bentuk buku dalam rangka miladnya yang ke-60 dan ulang tahun pernikahannya dengan Dra. Hj. Pipih Shopiah yang ke-33, membuat pembaca sangat memahami bahwa perjuangan untuk meraih keberhasilan dibutuhkan kerja keras dan kesiapan mental yang luar biasa. Kesiapan untuk hidup yang diawali dengan serba kebercukupan hingga kesiapan diri untuk mengalami pembunuhan karakter ketika telah menempati posisi tertentu. Inilah pesan yang sangat penting. Penting, lantaran hidup memang harus bergandengan dengan ujian. Namun di balik itu, keyakinan akan makna “fainna ma’a al-‘usri yusra, inna ma’a al-‘usri yusra’ (Setiap kesulitan pasti ada kemudahan, setiap kesulitan pasti ada kemudahan), menurut Prof. Dr. H. Mohammad Hatta, akan mampu menjadi ‘fajar terang’ di dalam diri.

Petuah menarik lainnya adalah, patuh kepada kedua orang tua dan menaati setiap pesan yang disampaikannya. Hal inilah yang menjadi salah satu cermin kerapian Prof. Dr. H. Mohammad Hatta. Ia selalu mengingat pesan orang tuanya yang berisikan harus selalu berpakaian rapi dan bersih, sungguhpun hanya dua potong, dan sangat sederhana. Tak hanya itu, cerminan menghargai orang lain, meski status sosial berada di bawah, tetap menjadi ‘pegangan hidup’ keseharian Prof. Dr. H. Mohammad Hatta. Inilah yang pernah dilakukannya saat menjabat KA KANWIL DEPAG SU. Ia pernah menerima protes karena terlalu ramah dengan cleanning service dsb.

Secara garis besar, buku ini dibagi ke dalam enam bab. Yaitu, Ayahku Hebat, Masa Kecil dan Kuliah, Keluarga Sakinah, Asa Fakultas Dakwah, Amanah KA KANWIL DEPAG SU, dan Merakyat Melalui MUI Medan. Selain itu, mutiara-mutiara yang dituangkan di dalam buku ini juga diiringi dengan penjelasan-penjelasan yang memperkuat pesan-pesan yang dituangkan. Sehingga, pembaca bisa menilai apa yang terjadi pada Prof. Dr. H. Mohammad Hatta, juga pernah terjadi pada manusia lainnya. Artinya, apa yang diraih dan terjadi pada dirinya juga pernah diraih oleh orang lain.
Hanya saja, tampilan mutiara-mutiara yang dipaparkan menjadi kurang sempurna melihat size font tulisannya kekurangseragaman. Sehingga kita menemukan ada font size yang besar dan font size yang kecil. Meski tidak mengurangi nilai mutiara-mutiara tersebut tetap saja ketidakkerapian tulisan bisa mengganggu. Apalagi sosok Prof. Dr. H. Mohammad Hatta terkenal rapi, mengapa dalam isi buku memoar perjalanan hidupnya masih ‘terselip’ kekurangrapian.

Selain itu, desain cover yang kurang memikat. Seharusnya foto profil yang Prof. Dr. H. Mohammad Hatta lebih menunjukkan kepada etnis melayunya. Artinya, foto profilnya akan lebih apik bila beliau menggunakan baju melayu. Apalagi warna kuning yang membalut covernya sendiri sudah menunjukkan cirri khas budaya melayu. Andaikan ingin menunjukkan agar lebih elegan, seharusnya pakaian wajib suku melayu, berbaju teluk belanga dan kain songket, tidak boleh luput. Elegan bisa ditampilkan dari gaya berfotonya.
Pesan saya, buku ini layak dibaca oleh siapa saja. Tidak khusus masyarakat Langkat, tapi seluruh lapisan masyarakat, baik masyarakat Sumatera utara maupun diluar Sumatera Utara. Pasalnya, mutiara-mutiara yang diungkapkan di dalam buku ini bisa menjadi jembatan bagi pembaca untuk mememahami proses meraih keberhasilan. Paling tidak, bisa menjadi penyemangat hidup bahwa keberhasilan membutuhkan pengorbanan yang luar biasa. Membutuhkan semangat yang membara. Membutuhkan keberanian dan pengorbanan.

H. Rahmat Hidayat Nasution, Lc, Pengurus Lembaga Baca-Tulis (eLBeTe) Sumut