Selamat Datang

Selamat datang dan selamat menikmati hidangan otak Anda. Blog ini khusus dirancang untuk Anda yang siap melahap dan mencari gizi-gizi buku yang bermakna.

Senin, 25 September 2017

Bangun Kesuksesan Lewat Mesin Kecerdasan


Buku                          : Ini Gue Banget 
Penulis                      : Brilli Agung dan Dodi Rustandi
Penerbit                     : Elex Media Komputindo
Tahun Terbit             : 2017
Halaman                    : 180 halaman
Untuk siapakah buku ini ditulis? Remaja? Tidak juga. Meski ditulis dengan gaya penulisan populer, tetap saja buku ini layak dibaca oleh siapa saja. Termasuk, orang tua. Sebab dengan mengenal mesin kecerdasan anak, ia mampu menjadi mentor untuk kesuksesan anaknya. Ia tahu sekolah seperti apa yang layak untuk anaknya. Ia tahu bagaimana cara berinteraksi dengan anaknya. Sebab, tidak semua anak bisa dididik dengan cara yang sama. Dan, tidak setiap kakak-adik memiliki mesin kecerdasan yang sama.
            Bagi remaja, buku ini memang sangat layak dikonsumsi. Sebab, bisa membimbing di saat sedang galau memilih jalan yang bakal dilalui untuk menggapai kesuksesan di masa depan. Dengan mengenal mesin kecerdasan, kita bisa tahu kuliah apa yang layak ditempuh. Dengan tahu mesin kecerdasan, kita bisa tahu passion apa yang cocok dengan diri kita. Sehingga tidak menghabiskan energi dan uang yang banyak untuk menuju kesuksesan yang ingin diraih. Bukankah prinsip ekonomi mengajarkan, jika ada yang murah kenapa harus yang mahal? Jika ada jalan yang mudah membimbing kita untuk meraih kesuksesan, kenapa harus berdarah-darah dulu baru bisa mencapai kesuksesan?
            Buku “Ini Gue Banget” ditulis oleh Brili Agung dan Dodi Rustandi dengan memilih konsep STIFIn sebagai langkah tepat untuk menemukan mesin kecerdasan. Bila tidak mampu membayar tes STIFIn dengan menggunakan pinger print, penulis memberikan solusi dengan cara menjawab pertanyaan yang terdapat di dalam angket, yang dicantumkan di dalam buku ini. Pembaca diminta penulis untuk jujur menjawab. Bila sudah terisi, maka nantinya akan ketahuan mesin kecerdasan apa yang dimiliki secara otomatis. Bisa jadi memiliki mesin kecerdasan Sensing, Mesin kecedasan thinking, Mesin kecerdasan intuiting, mesin kecerdasan feeeling atau mesin kecerdasan insting.
Setelah ketahuan mesin kecerdasan, kita juga dibimbing untuk mengenal drivernya. Apakah tergolong introvert atau ekstrovetert. Bila sudah ketahuan mesin kecerdasan dan drivernya, maka kita tinggal membentuk diri saja. Misalnya kita memiliki mesin kecerdasan sensing lalu ingin menjadi hafidz qur’an, maka metode apakah yang cocok dalam penghapalan ayat-ayat qur’annnya? Karena sensing adalah memiliki kekuatan perihal ingatan yang kuat, maka metode menghafal al-Qur’an dengan cara mendengar rekaman ayat yang dihapal sebanyak lima kali agar teringat di dalam memori otak. Sekaligus, sambil mendengar dilihat juga qur’annya, supaya ingat letak ayat yang dihapal. Baru setelah itu, ia mengulang-ulang ayat tersebut lima kali dan kemudian menutup al-Qur’an. Insya Allah akan mudah menghafal qur’an. (hal. 113)
            Berbeda dengan pemilik mesin kecerdasan intuiting. Karena masin kecerdasannya mengarah indera keenam dan kuat pada kata. Maka sebelum menghafal, ia diminta untuk membaca terjemah ayat yang mau dihapal sebanyak lima kali. Setelah itu, mintalah ayat yang dihafal lima kali, baru kemudian diminta menutup qur’an. Mintalah untuk menghafal ayat al-Qur’an dengan menggunakan tangan atau wajah. Jika cara ini digunakan, anak tersebut akan nyaman menghafal sebab ia sudah mengetahui alur terjemah dari ayat yang dihafalnya. (hal. 114)
            Masih banyak lagi penjelasan lain yang dipaparkan di dalam buku ini. Bagaimana cara anak berinteraksi dengan orang tuanya setelah mengetahui mesin kecerdasan orang tuanya. Intinya, buku ini hanya menjembatani kita agar bisa ‘kompak’ dalam membangun kesuksesan. Anak yang sukses akan membanggakan orang tuanya. Orang tua yang berhasil membantu kesuksesan anaknya akan membuat keharmonisan dan kedekatan anak dengan orang tuanya. Mari pelajari mesin kecerdasan keluarga kita agar bisa sukses bersama-sama. Selamat membaca!

Rahmat Hidayat Nasution, Penulis buku “70 Pesan Terakhir Rasulullah SAW untuk Muslimah”

Minggu, 24 September 2017

Mengobati Stress Ala Nabi Musa as

Buku                       : Menggali Kebahagiaan dari Sumbernya
Penulis                   : Muhammad Luthfi Ghozali
Penerbit                 : Abshor, Semarang
Tahun Terbit          : 2017
Halaman                : 178 halaman

Buku yang ditulis oleh Muhammad Luthfi Ghazali ini persis seperti gaya seseorang sedang berceramah di hadapan para jamaahnya. Jika menggunakan pendekatan STIFIn, model penulisannya cenderung menunjukkan  karekter penulisnya memiliki mesin kecerdasan intuiting ekstrovet. Sehingga apa yang beliau temukan, rasakan dan lihat di kehidupan dijadikan dasar utama penulisan buku ini dengan ‘mencarikan’ solusi di dalam al-Qur’an dan hadis Rasulullah SAW. Sehingga, ketika membaca buku ini langsung disuguhkan contoh di dalam al-Qur’an tentang penyebab utama seseorang bisa mengalami stress dan trauma. Buku ini menjadi ‘solving’ bagi orang-orang yang sedang stress atau memiliki trauma.
Contoh yang dipilih adalah kisah nyata yang dialami oleh Nabi Musa as. Se-kelas Nabi saja, menurut penulis, ada yang mengalami stress hingga menyebabkannya mengalami kondisi kegelisahan hati atau tidak mengalami kebahagiaan. Namun stress yang dialami Nabi Musa diobati dengan doa kepada Allah SWT. Sebab dengan doa dan iman yang menjadikan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Ketika Nabi Musa as menerima perintah dari Allah SWT menyampaikan dakwah kepada Fir’aun. Seketika itu juga, Nabi Musa as berdoa kepada Allah sebagaimana yang dimaktubkan di dalam surat Toha ayat 24-26. “Robbisy rohli shadri wa yassirli amri” (Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku dan nudahkanlah untukku urusanku). Nabi Musa as. merasa KO sebelum berdakwah kepada Fir’aun disebabkan pernah melakukan kesalahan. Kegelisahan Nabi Musa as sempat membuatnya takut sebagaiman yang dijelaskan Allah di dalam surat Asy-Syu’ara ayat 10-14. Allah pun menjawab doa Nabi Musa as tersebut dengan mengangkat Nabi Harun as sebagai nabi dan rasul Allah agar bisa membantu tugas Nabi Musa as dalam berdakwah.
Dari kasus ini, penulis mengingatkan untuk bisa menyikapi dengan bijak setiap kejadian yang dihadirkan Allah dalam kehidupan. Susah dan senang, sakit dan sehat, semuanya diciptkan Allah untuk kebaikan manusia, bukan untuk menyengsarakannya. Hanya saja, pikiran manusia yang selalu mempelesetkan dan mendramatisir sehingga menjadi kesengsaraan. Artinya, gara-gara kejadian yang dihadirkan Allah disusupi oleh perasaan sehingga mengundang apa yang dipikirkan.
Karena itu, para pembaca diajak untuk melazimkan doa dan zikir Nabi Musa as. yang terdapat di dalam surat Toha 25-28 dalam keseharian kita, misalnya dibaca 100x setiap hari. Dalam berzikir dan berdoa, hendaklah kita menggunakan filosofi berobat ke dokter. Tidak perlu tahu dengan mendalam tentang jenis penyakit yang diderita, tapi yang menjadi perhatian adalah meminum obat yang diberikan agar sembuh. Percaya saja kepada dokternya.
Dalam berdoa dan berzikir juga demikian. Tidak usah terlalu meneliti jenis doa dan zikir yang dibaca, tapi fokus saja kepada kemampuan kita untuk istiqomah dalam berzikir dan berdoa sehingga kesulitan hidup, permasalahan dan penyakit yang datang bisa sembuh dan pergi dari kehidupan kita. Artinya, percaya saja bahwa doa dan zikir kepada Allah pasti berdampak positif pada ketenangan hati dan perwujudan apa yang diharapkan.
Buku ini cocok dibaca oleh siapa saja, baik yang sedang dalam kondisi ‘dihantui’ masalah kehidupan ataupun yang sedang dalam kondisi bahagia. Sebab, buku ini mengingatkan kita juga hakikat kehidupan bagi orang muslim dengan orang kafir berbeda. Bagi orang mukmin hakikat hidup ini adalah pengabdian kepada Allah. Bagi orang kafir, hakikat hidup ini adalah kesenangan sehingga mereka kerap mengalami ‘fatamorgana kehidupan’. Selamat membaca!
(Rahmat Hidayat Nasution, Penulis Buku “Semangat Bangun Pagi, Tahajud, Shubuh dan Dhuha)

Jumat, 23 Desember 2011

Sedekah dan Keajaibannya

Buku : 9 Keajaiban Shadaqoh

Penulis : Muhammad Syafi’i

Penerbit : Klik Publishing

Tahun Terbit : Juni, 2011

Halaman : 147 halaman

Istilah shadaqoh atau sedekah bukanlah hal yang asing didengar. Mau muslim atau non muslim, sudah akrab dengan kata tersebut. Karena hakikatnya, memberi atau berbagi dengan orang lain. Keberadaan sedekah sendiri sesuai dengan kebutuhan manusia. Bukan hanya bagi yang menerima, tapi juga terhadap yang memberi.

Sehingga bersedekah tidak seharusnya membuat manusia takut kekurangan, malah yang terjadi adalah sebaliknya. Sedekah juga mampu menciptakan keharmonisan di dalam hidup, karena di dalamnya ‘terselip’ nilai mencintai dan menyayangi. Mencintai dan menyayangi sangat dibutuhkan manusia sama halnya dengan keinginan dicintai dan disayangi. Sedekah cukup berperan untuk membangun keduanya.

Artinya, sedekah memang menjadi kebutuhan utama manusia, kebutuhan untuk hidup tentram dan mulia. Karena kemuliaan sendiri bisa lahir dari diri sendiri, harta benda, kepandaian ataupun kemuliaan disebabkan ilmu pengetahuan. Sedekah menjadi jalur untuk mendapatkan kemuliaan melalui harta benda.

Buku 9 Keajaiban Shadaqoh yang ditulis oleh Muhammad Syafi’I ini akan mengupas keajiban demi keajaiban yang didapat dari sedekah. Karena itu, penulis sengaja membagi kandungan buku ini menjadi 7 bagian. Yaitu, motivasi bersedekah dalam al-Qur’an dan Sunnah, Apa saja yang bisa disedekahkan, 9 sedekah yang paling dahsyat dirahasiakan, 9 keajaiban sedekah, 4 langkah menggapai keajaiban sedekah, bagaimana bersedekah yang efektif, Tips dan triks membangun budaya bersedekah.

Kajian yang cukup padat dikupas penulis dalam buku ini jelas akan menuntun pembaca menjadi pribadi yang aktif sedekah. Dengan mengenal ke-9 keajaiban sedekah yang dikemukan penulis sungguh membuat pembaca menjadi gemar bersedekah. Ke-9 keajaiban sedekah tersebut adalah, Sedekah dapat melipat gandakan rezeki, sedekah jalan untuk mendapatkan kebahagiaan, sedekah itu menyehatkan, sedekah mampu menolak balak, sedekah mejanjikan surga, sedekah menjadi bukti keimanan dan keislaman, sedekah merupakan amal yang tidak putus pahalanya dan sedekah menjadi solidaritas umat menuju kemajuan.

Semua yang dikupas penulis dalam buku ini tak luput dari rujukan yang sangat otentik. Yaitu, al-Qur’an dan hadis Rasulullah Saw. Sehingga, buku penuh muatan isi yang tak diragukan. Isi dari buku ini pun layak dijadikan modal dakwah oleh para da’I, karena ayat dan hadis yang dijadikan rujukan dicantumkan bahasa Arabnya, artinya dan ada barisnya setiap hadis yang dimuat.

Oleh karena itu, buku ini layak dimiliki oleh siapa saja. Karena buku ini bahasanya cukup sederhana. Tak sampai berpikir panjang untuk memahami gagasan demi gagasan yang diungkapkan penulis dalam buku. Semoga dengan membaca buku ini pembaca bakal menjadi pribadi yang gemar bersedekah dan masuk dalam kategori firman Allah SWT., “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Baqarah [2]: 245)

H. Rahmat Hidayat Nasution, Lc¸ Penulis buku “Mereka” Bicara Ustadz Nizar dan Pengurus eLBeTe Sumut.

(Tulisan ini telah dimuat di harian Analisa Jumat, 23 Desember 2011)

Sabtu, 13 Agustus 2011

Memakmurkan Hidup Dengan Hipnosis

Buku : Dahsyatnya Life Hypnosis

Penulis : Agus Sutiyono

Penerbit : Penebar Plus +, Depok

Tahun Terbit : 2010

Halaman : iiV + 123 hlm

Tak sedikit orang yang berasumsi negatif saat mendengar kata "hipnosis". Karena mereka beranggapan, bahwa hipnosis selalu berhubungan dengan klenik. Kebanyakan orang menilai, hipnosis hanya digunakan untuk melakukan kejahatan. Padahal, hipnosis memberikan manfaat yang luar biasa menakjubkan. Ia bisa membantu menyelesaikan suatu permasalahan. Misalnya saja dalam pendidikan, dengan teknik hipnosis dapat mengatasi kesulitan belajar dan kurangnya konsentrasi. Hipnosis juga bisa membantu penyembuhan penyakit yang diderita.

Karena pengertian hipnosis, sejatinya, adalah seni komunikasi dengan pikiran bawah sadar. Kondisi hypnosis identik berkaitan dengan gelombang otak alfa dan theta. Dan kondisi ini dialami oleh setiap manusia. Yaitu, saat mau tidur dan saat bangun tidur. Jika diilmiahkan, pada saat mau tidur, gelombang otak akan turun dari beta, ke alfa, ke theta dan akhirnya ke delta (tidur pulas hingga mimpi). Demikian pula sebaliknya, saat bangun tidur. Gelombang otak akan naik dari delta, ke theta, ke alfa dan akhirnya berada pada posisi beta atau sadar penuh. (hal. 11)

Adalah Agus Sutiyono, penulis buku ini telah menggagas buku hipnosis yang bergizi dan renyah untuk dinikmati. Dengan menggunakan bahasa yang sederhana, mampu mengulas bagaimana indahnya hidup dengan senantiasa mengaplikasikan hipnosis. Karena dengan hipnosis manusia akan bisa meraih apa yang diinginkannya. Manusia bisa meyakinkan dirinya, bahwa apa yang diinginkan bila diiringi dengan kedekatan kepada sang Pencipta melalui doa dan afirmasi, semuanya bakal terwujud nyata.

Buku yang digagas oleh Agus Sutiyono ini diiringi dengan contoh-contoh nyata dan kerap dialami manusia. Artinya, contoh tersebut cukup sering terjadi dan cara penyelesaiannya memang dianjurkan oleh agama. Sehingga bila direnungkan setelah membaca buku ini, bisa jadi pembaca sudah melakukan hipnosis terhadap dirinya sendiri, hanya saja tidak mengetahui bahwa dirinya telah melakukan hipnosis.

Misalnya saja, bila kita berpikir,” Aku tidak punya apa-apa” maka hukum yang terjadi dalam kehidupan nyata adalah seperti apa yang dipikirkan. Karena kita telah melakukan komunikasi dengan pikiran bawah sadar bahwa kita tidak memiliki apa-apa. Sehingga, apa yang dipikirkan berdampak nyata dalam kehidupan. Itu adalah bagian dari hypnosis.

Di dalam buku ini, penulis juga mengajarkan kepada pembaca bagaimana merealisasikan hukum kemakmuran dalam hidup. Yaitu, pembaca harus memiliki keinginan yang kuat, lalu tuliskanlah apa yang pembaca ingin tersebut, kemudian buatlah catatan harian hari demi hari mengenai aktivitas pembaca. Maka rasakanlah tak lama lagi pembaca akan meraih kemakmuran yang diinginkan. Pembaca akan dibawa dari hari ke hari ke arah yang diinginkan. Dan jangan lupa, Pembaca harus rajin mengafirmasikan atau membayangkan bagaimana perasaan Pembaca saat menikmati atau sudah bersama dengan apa yang diinginkan.

Buku ini dibagi Agus Sutiyono menjadi tujuh bagian: Kenapa takut? Allah telah membarikan semua, Kekuatan pikirkan, Mengapa gagal, sakit dan menderita?, Langkah jitu menemukan keajaiban dalam diri, Afirmasi dan Visualiasi, Putuskan menjadi pemenang dan relaksasi dan skrip afirmasi.

Selain itu, buku ini dilengkapi dengan CD sugestif yang menuntun pembaca meraih apa yang diinginkan atau menyembuhkan penyakit yang diderita. Hemat saya, tak ada kerugian membaca buku ini. Pastinya, pembaca malah akan digiring menjadi manusia yang sangat dekat dengan sang Pemberi keinginan. Pembaca tak akan pernah lagi merasa bahwa sang Pencipta jauh dari kehidupan. Jika tak percaya, baca buku ini dan terapkanlah dalam kehidupan.

Peresensi: Rahmat Hidayat Nasution

Kamis, 11 Agustus 2011

Menikmati Momen Ramadhan

Buku : Jika Tahun Ini Ramadhanku Terakhir

Penulis : H. Ali Murthado

Penerbit : Menara Buku, Jakarta Selatan

Tahun Terbit : Juli, 2011

Halaman : XXiii + 177 hlm

Arvan Pradiansyah menulis di dalam kata pengantar bukunya “Cherish Every Moment”, “Kita akan bisa menikmati hidup kalau kita menghargai setiap momen dalam hidup kita”. Adalah Ali Murthado melakukan hal yang sama. Hal ini dibuktikannya dengan menulis buku “Jika Tahun Ini Ramadhanku Terakhir”. Saya melihat ada alur pemikiran yang sama antara Arvan Pradiansyah dengan Ali Murthado dalam menikmati setiap kesempatan atau momen yang dimilikinya. Mereka berdua mencoba mengajak pembaca setianya untuk bisa menikmati setiap alur kehidupan yang dijalani seperti apa yang telah mereka alami. Meski Arvan Pradiansyah menerbitkan buku tanpa mengkhususkan waktu tertentu, sedangkan Ali Murthado mengkhususkan dengan momen Ramadhan yang sedang dilalui oleh umat Islam saat ini.

Membaca buku yang digagas Ali Murtadho saat menjelang Ramadhan dan dilaunching tiga hari sebelum Ramadhan 1432 H, pembaca akan memahami bahwa hari demi hari di Ramadhan yang akan dilalui harus indah. Karena Ramadhan adalah anugerah tak ternilai harganya yang diberikan Allah SWT. kepada umat muslim yang diberi umur panjang untuk bertemu dengannya.

Melalui buku ini juga, Ali Murthado mengajak pembacanya untuk menghargai Ramadhan dengan melakukan proses penyatuan badan, pikiran dan jiwa saat sedang bersamanya. Hal ini tampak dengan mengingatkan manusia untuk senantiasa bertaubat. Mengingatkan manusia bahwa umur panjang mengindikasikan bahwa kuburan semakin dengan kita. Karena itu, setiap kita harus memperbanyak amal sebagai bekal.

Dengan tujuh belas tulisan yang dimuat dalam buku ini, pembaca akan tersentak dengan sadar bahwa menikmati hari demi hari Ramadhan yang dilalui dengan penuh kesungguhan akan menghantarkan pembaca melihat keistimewaan pada hal-hal yang biasa. Jika pembaca tak ingin masuk dalam kategori orang yang disedihkan oleh Rasulullah SAW.,”Berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan haus.”

Meski judul buku “Jika Tahun Ini Ramadhanku Terakhir” merupakan salah satu judul tulisan yang terdapat di dalam buku ini, namun keseluruhan isi buku ini nyaris mirip seperti apa yang dikatakan Thich Nhat Hanh dalam bukunya “The Miracle of Mindfulness” tiga cara utama untuk bisa menikmati setiap momen yang dilalui. Pertama bernapas. Artinya, mampu mengendalikan tubuh dan pikiran kita. Jika dikaji dalam buku Ali Murthado ini, ia termasuk dalam judul tulisan “Bertemu Ramadhan”, “Umur Panjang: Menyadari Keberadaan Kubur Semakin Dekat” dan judul tulisan “Langkah ke Depan: Taubatlah!”.

Kedua, mengamati diri. Maksudnya kita harus bisa mengamati setiap pikiran yang muncul. Jangan sampai virus-virus pikiran yang bersifat negatif menghampiri kita. Kita harus mampu menjadi pengawal istana yang selalu waspada. Dalam buku Ali Murthado ini, ia termasuk dalam tulisan “Rahasia Kejujuran”, “Ni’mal Abdu”, “Ayo Menangis”, “Hidup itu Singkat”, “Dunia Itu Ibarat Mimpi”, “Jika Tahun Ini Ramadhanku Terakhir”, “Kematian dan Wahyu Terakhir”, dan “Membawa Amal”.

Ketiga, Tersenyum. Maksudnya, kita harus bahagia dalam setiap kondisi apa pun. Karena senyum bisa membuat kita tak larut dalam bujukan emosi. Jika dalam buku Ali Murthado ini, kategori perilaku yang bisa membuat manusia selalu tersenyum adalah tampak dalam tulisan “Allah Selalu Hadir”, “Nikmat Surga”, “Husnul Khatimah”, dan “Sebaik-baik Manusia”.

Buku ini layak dibaca oleh siapa saja. Karena buku ini bersifat mengingatkan pembacanya. Buku ini tak mengandung unsur menggurui. Bagi saya, penulis buku ini seakan-akan ingin mengajak pembacanya bersama-sama untuk mengatakan seperti apa yang pernah dituturkan oleh pengarang Prancis, Edith Piaf, “Je ne regretted rien” (Aku tidak menyesali apapun)?

Peresensi: Rahmat Hidayat Nasution

Selasa, 09 Agustus 2011

Rahasia Wudhu’ Dalam Kajian Kesehatan

Buku : Sehat dengan Wudhu’

Penulis : Syahruddin El-Fiki

Penerbit : Al-Mawardi Prima, Jakarta

Tahun Terbit : Mei, 2011

Halaman : Viii + 124 hlm

Wudhu’ merupakan indikator salah satu syarat diterimanya ibadah seorang muslim. Perintah berwudhu’ yang dilakukan, baik sebelum shalat dan sebelum melakukan ibadah sunnah lainnya, seperti membaca al-Qur’an, bukanlah tanpa manfaat. Bahkan, doa yang dibaca usai berwudhu’ (allahummaj’alni min at-tawaabin waj’alni min al-mutathahhirin, waj’alni min ‘ibadika ash-shalihin) cukup nyata menunjukkan bahwa wudhu’ berperan untuk menjaga kesehatan jasmani dan rohani.

Dalam Islam, kesehatan adalah salah satu hal yang paling penting. Sebab, dengan modal kesehatan, seorang muslim dapat bekerja untuk menafkahi seluruh keluarganya. Dengan sehat pula, seorang Muslim dapat melaksanakan ibadah dengan baik dan lancar. Wudhu’ dijadikan Allah sebagai salah satu media yang berperan untuk menjaga kesehatan. Wudhu’ juga mampu merangsang dan menstimulus energy yang ada di dalam tubuh orang yang melakukannya. Seluruh peredaran darah di dalam tubuh akan menjadi lancar, bila berwudhu’ dengan cara yang benar.

Buku yang berjudul “Sehat dengan Wudhu’“ mengurai dengan detail bagaimana mekanisme wudhu’ mampu berperan menjaga kesehatan. Buku ini dibagi oleh Syafaruddin El-Fikri, penulis buku ini menjadi delapan bagian. Yaitu, Sehat dengan wudhu’, dari Akupuntu hingga SEFT, empat teori jadi satu, wudhu’ aktifkan titik-titik energi, syarat untuk membersihkan diri, hikmah dan manfaat wudhu’, wudhu’ batin, dan memelihara waktu.

Dalam bab “Wudhu’ Aktifkan Titik-Titik Energi”, pembaca akan menemukan bahwa di dalam organ tubuh yang dibersihkan saat wudhu terdapat beberapa titik energi. Pengakuan titik energi tersebut diakui oleh para ahli kesehatan dan akupuntur. Membasuh wajah, misalnya. Para peniliti dan ahli akupuntur menyebutkan, titik-titik akupuntur di wajah yang menjadi area wudhu berjumlah 84 titik. Maka dengan membasuh wajah secara benar, efeknya akan sangat bermanfaat untuk kesehatan.

Rasulullah SAW. telah cukup lama mengaklamasikan, “Kemilau cahaya seorang mukmin (kelak pada hari kiamat) sesuai dengan batas basuhan wudhu’nya”, maka menurut pakar kesehatan dengan membasuh muka saat berwudhu’ dengan sedikit pijatan, akan memberi efek positif pada usus, ginjal dan sistem syaraf maupun reproduksi. Sedangkan dari sisi kulit, akan membuat kulit wajah yang kencang, bersih dan membuat wajah bercahaya.

Konkritnya, apa yang dibersihkan saat berwudhu’ memberikan efek yang baik bagi kesehatan. Tampak sekali adanya harmonisasi antara wudhu’ dengan kesehatan. Maka wajar, jika Hatim al-Asham mengajarkan selain wudhu’ lahir, kita harus melakukan juga wudhu’ bathin yang tujuh: senantiasa bertaubat kepada Allah atas segala dosa, menyesali segala dosa-dosa yang dikerjakan dan berjanji tak akan mengulanginya lagi, membersihkan diri dari cinta dunia, menghindarkan diri dari segala pujian manusia, meninggalkan sifat bermegah-megahan, tidak berkhianat dan menipu, dan menjauhi perbuatan iri dan dengki. (Bab Wudhu’ Batin, hal. 107)

Buku ini layak dibaca oleh segala kalangan, baik para praktisi kesehatan maupun masyarakat awam. Selain bahasa yang digunakan penulis cukup sederhana, juga mampu menumbuhkan semangat pembaca untuk melakukan penjagaan kesehatan yang murah dan memang diajarkan oleh agama. Karena setiap hari, kita wajib mengerjakan shalat lima waktu. Dengan wudhu yang benar dan sesuai aturan, artinya lima kali dalam sehari kita menjaga kesehatan sambil beribadah kepada Allah.

Peresensi: Rahmat Hidayat Nasution

Senin, 08 Agustus 2011

Pola Pikir Islami

Buku : The Power of Positive Thinking For Islamic Happy Life

Penulis : Bilif Abduh, S.S

Penerbit : Citra Risalah, Yogyakarta

Tahun Terbit : Desember, 2010

Halaman : XIV + 116 hlm

Dalam al-Khawaatir, Syekh Muhammad Mutawalli al-Sya’rawi mengatakan, “pikiran adalah alat ukur yang digunakan manusia untuk memilih sesuatu yang dinilai lebih baik dan lebih menjamin masa depan diri dan keluarga.” Lantas timbul pertanyaan, bagaimana caranya agar memiliki pikiran yang baik? Islam yang ajarannya full dengan motivasi selalu mengajarkan pola pikir positif Islami. Dalam beribadah dan berinteraksi misalnya, umat Islam senantiasa diminta husnuzhan. Karena ia adalah salah satu dasar pola pikir positif Islami.

Kini, konsep pola pikir positif yang diajarkan di dalam Islam dengan mudah bisa dipahami dan digagas dengan baik. Karena telah hadir referesensi yang sengaja didesain khusus mengupas pola pikir positif islami. “The Power of Positive Thinking For Islamic Happy Life” adalah judul bukunya. Buku yang memiliki ukuran 13 X 20 cm ini mengurai dengan rinci bagaimana menggagas dan memiliki pola pikir islami. Plus, ditampilkan 30 kisah Menuju Hidup Positif yang diiringi dengan penjelasan petikan hikmah dari masing-masing kisah.

Menurut Bilif Abduh, S.S, penulis buku ini, ada lima dasar pola pikir positif Islami. Yaitu, Husnuzhan, Tafa’ul (optimis), tawakal, al-I’timadu ‘Ala Nafsi (percaya diri) dan silaturrahmi. Dengan memiliki kelima dasar pola pikir ini, secara otomatis akan menimbulkan efek pengaktifkan “tombol” pikiran positif. Orang yang senantiasa tafa’ul misalnya, ia tak akan pernah goyah dalam menjalani hidup. Kesulitan yang dialami akan dihadapi dengan semangat, karena ia telah mengaktifkan “tombol” tersibaknya kekuatan Diri. Dengan kekuatan diri yang dimiliki, kesulitan yang dirasakan akan segera berganti menjadi kebahagian dan kesuksesan.

Karena itu, dalam sub bahasan “Tegar dalam Melangkah”, penulis mencamkan kepada pembaca, “surutnya langkah kaki seseorang, tipisnya kemauan dan semangatnya untuk maju disebabkan ia tak benar-benar mempraktikkan kekuatan besar yang dimilikinya, yaitu berpikir positif.” Artinya, hanya mereka yang tidak berani berpikir positif dalam menjalani alur hidup yang akan selalu merasakan kegagalan demi kegagalan. (hal. 33)

Optimislah dalam menjalani hidup. Pesan penulis ber-ulang kali di dalam buku ini, meski dengan redaksi yang berbeda. Berangkat dari pikiran positif, Allah SWT. tidak akan terus membiarkan hamba-Nya dalam keterpurukan. Ketika ada usaha dan upaya yang ditunjukkan, pertolongan Allah SWT. pasti datang. Allah sendiri dengan secara jelas melarang hamba-Nya berputus asa.

Akan lebih apik lagi pemahaman pembaca mengenai berpikir positif, bila dikombinasikan dengan buku “Terapi Berpikir Positif” yang ditulis oleh Ibrahim El-Fiky. Karena pembaca akan menyadari bahwa pikiran yang dimiliki ternyata mengandung kekuatan yang luar biasa. Kedua buku ini akan membuka cakrawala, bahwa kita adalah dahsyat. Jauh lebih dahsyat dari apa yang pernah kita bayangkan. Selamat membaca, menggagas dan memiliki pola pikir islami.

Peresensi: Rahmat Hidayat Nasution