Penulis : Muhammad Luthfi Ghozali
Penerbit : Abshor, Semarang
Tahun Terbit : 2017
Halaman : 178 halaman
Buku yang ditulis oleh Muhammad Luthfi
Ghazali ini persis seperti gaya seseorang sedang berceramah di hadapan para
jamaahnya. Jika menggunakan pendekatan STIFIn, model penulisannya cenderung menunjukkan
karekter penulisnya memiliki mesin
kecerdasan intuiting ekstrovet. Sehingga apa yang beliau temukan,
rasakan dan lihat di kehidupan dijadikan dasar utama penulisan buku ini dengan ‘mencarikan’
solusi di dalam al-Qur’an dan hadis Rasulullah SAW. Sehingga, ketika membaca
buku ini langsung disuguhkan contoh di dalam al-Qur’an tentang penyebab utama
seseorang bisa mengalami stress dan trauma. Buku ini menjadi ‘solving’ bagi
orang-orang yang sedang stress atau memiliki trauma.
Contoh yang dipilih adalah kisah nyata
yang dialami oleh Nabi Musa as. Se-kelas Nabi saja, menurut penulis, ada yang
mengalami stress hingga menyebabkannya mengalami kondisi kegelisahan hati atau
tidak mengalami kebahagiaan. Namun stress yang dialami Nabi Musa diobati dengan
doa kepada Allah SWT. Sebab dengan doa dan iman yang menjadikan sesuatu yang
tidak mungkin menjadi mungkin.
Ketika Nabi Musa as menerima perintah
dari Allah SWT menyampaikan dakwah kepada Fir’aun. Seketika itu juga, Nabi Musa
as berdoa kepada Allah sebagaimana yang dimaktubkan di dalam surat Toha ayat
24-26. “Robbisy rohli shadri wa yassirli amri” (Ya Tuhanku, lapangkanlah
untukku dadaku dan nudahkanlah untukku urusanku). Nabi Musa as. merasa KO
sebelum berdakwah kepada Fir’aun disebabkan pernah melakukan kesalahan.
Kegelisahan Nabi Musa as sempat membuatnya takut sebagaiman yang dijelaskan
Allah di dalam surat Asy-Syu’ara ayat 10-14. Allah pun menjawab doa Nabi Musa
as tersebut dengan mengangkat Nabi Harun as sebagai nabi dan rasul Allah agar
bisa membantu tugas Nabi Musa as dalam berdakwah.
Dari kasus ini, penulis mengingatkan
untuk bisa menyikapi dengan bijak setiap kejadian yang dihadirkan Allah dalam
kehidupan. Susah dan senang, sakit dan sehat, semuanya diciptkan Allah untuk
kebaikan manusia, bukan untuk menyengsarakannya. Hanya saja, pikiran manusia
yang selalu mempelesetkan dan mendramatisir sehingga menjadi kesengsaraan.
Artinya, gara-gara kejadian yang dihadirkan Allah disusupi oleh perasaan
sehingga mengundang apa yang dipikirkan.
Karena itu, para pembaca diajak untuk
melazimkan doa dan zikir Nabi Musa as. yang terdapat di dalam surat Toha 25-28
dalam keseharian kita, misalnya dibaca 100x setiap hari. Dalam berzikir dan
berdoa, hendaklah kita menggunakan filosofi berobat ke dokter. Tidak perlu tahu
dengan mendalam tentang jenis penyakit yang diderita, tapi yang menjadi
perhatian adalah meminum obat yang diberikan agar sembuh. Percaya saja kepada
dokternya.
Dalam berdoa dan berzikir juga demikian.
Tidak usah terlalu meneliti jenis doa dan zikir yang dibaca, tapi fokus saja
kepada kemampuan kita untuk istiqomah dalam berzikir dan berdoa sehingga
kesulitan hidup, permasalahan dan penyakit yang datang bisa sembuh dan pergi
dari kehidupan kita. Artinya, percaya saja bahwa doa dan zikir kepada Allah
pasti berdampak positif pada ketenangan hati dan perwujudan apa yang
diharapkan.
Buku ini cocok dibaca oleh siapa saja, baik
yang sedang dalam kondisi ‘dihantui’ masalah kehidupan ataupun yang sedang
dalam kondisi bahagia. Sebab, buku ini mengingatkan kita juga hakikat kehidupan
bagi orang muslim dengan orang kafir berbeda. Bagi orang mukmin hakikat hidup
ini adalah pengabdian kepada Allah. Bagi orang kafir, hakikat hidup ini adalah
kesenangan sehingga mereka kerap mengalami ‘fatamorgana kehidupan’. Selamat
membaca!
(Rahmat Hidayat
Nasution, Penulis Buku “Semangat Bangun Pagi, Tahajud, Shubuh dan Dhuha)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar