Selamat Datang

Selamat datang dan selamat menikmati hidangan otak Anda. Blog ini khusus dirancang untuk Anda yang siap melahap dan mencari gizi-gizi buku yang bermakna.

Sabtu, 19 Desember 2009

Histori Pertumbuhan Neolibralisme di Indonesia



Judul : Neolibralisme Mengguncang Indonesia
Penulis : Syafaruddin Usman dan Isnawan
Penerbit : Narasi
Cetakan : I, 2009
Tebal : ix + 144 halaman

Kala kasus Skandal Bank Century terungkap, gerakan penyeru bungkam neolibralisme di negeri ini kembali mencuat. Demo pun terjadi di mana-mana meminta pelaku yang bersentuhan dengan ajaran neolib untuk dinokatifkan dari tugasnya. Kehebohan itu terjadi sama seperti kehebohan saat SBY memilih Boediono menjadi Cawapres saat Pemilu Juli lalu. Penolakan terhadap Boediono yang dilakukan oleh beberapa kalangan ketika itu terbukti, bahwa tokoh tersebut sangat tergantung dengan kapitalis global. Kasus Bank Century menjadi bukti konktritnya, karena telah mencekik masyarakat demi kepentingan yang tak beralasan.

Tentunya, masih banyak ‘jalan-jalan’ lain yang dilakonkan gerakan neolib di negeri ini. Gerakan itu sangat mungkin akan membuat negeri ini terpuruk, dan akan menyebabkan hukum akumulasi kapital kian berkembang. Sehingga, yang bakal terjadi nantinya yang kaya bertambah kaya, sedangkan yang miskin terus terpuruk dalam kemiskinan.

Adalah buku Neolibralisme Mengguncang Indonesia karya Syarifuddin Usman dan Isnawita layak menjadi bacaan publik untuk mengenal sejarah, pergerakan dan perkembangan neolibralisme di negeri ini. Perkembangannya, ternyata, sudah berurat akar sejak zaman Hindia Belanda, karena akar masalah neolib yaitu pemiskinan kaum miskin. Malah, dapat diklaim, akar tersebut tak banyak mengalami perubahan sejak era Tanam Paksa hingga Bantuan Langsung Tunai.

Buku yang memiliki panjang dan lebar 12 X 19 cm ini dibagi dalam dua belas bab. Bab perbab memiliki keterikatan dan keterkaitan, sehingga pembaca buku ini sangat dianjurkan untuk membacanya dari bab pertama hingga bab terakhir. Karena buku ini dapat dikategorikan sebagai buku sejarah. Sehingga pembaca sangat dituntut kesabaran untuk membacanya hingga sampai pada masalah perkembangan neolib di Indonesia.

Dari buku ini, dapat dipahami bahwa demokrasi ternyata menjadi lahan empuk bagi kapitalisme dalam mengajarkan misi utamanya. Demokrasi menjadi jalan hidup yang diterapkan dan ‘‘dipaksakan’’ untuk diterapkan di berbagai negara. Disebabkan kapitalisme memerlukan ruang ekspansi, maka rezim perdagangan bebas pun dibentuk. Karena itu, Amerika Serikat selaku pewaris sistem kapitalisme global merasa wajib menegakkan praktik demokrasi di seluruh penjuru dunia.

Boleh disebut, neolib merupakan sebuah keniscayaan sejarah. Memang patut disesalkan bahwa efisiensi bisa berarti rasionalisasi, dan peningkatan efektivitas anggaran pemerintah sama dengan pengurangan subsidi. Inilah yang makin membenamkan negara yang menganut aliran neolib selalu dalam kemiskinan.

Pertumbuhan neolib di Indonesia, dapat dikatakan, klimaksnya kala krisis ekonomi tahun 1998 yang telah membuat Indonesia kian terintegrasi ke pasar global. IMF memaksakan paket reformasi ala neolib sebagai syarat pengucuran bantuan sebesar US $ 43 miliar untuk menanggulangi krisis. Penerapan sistem pasar bebas dan privatisasi BUMN adalah dua hal pokok yang ditekankan oleh kebijakan IMF. Boediono dianggap sebagai salah satu tokoh yang ada di balik proses makin tercengkeramnya negeri ini di tangan IMF dan kaum kapitalis global. Gara-gara tokoh itu juga, istilah neolib menjadi sangat popular dan begitu gadang di negeri ini.

Kini sangat diharapkan, setelah terungkapnya kasus Bank Century, pemerintah dan bangsa ini terus mewaspadai gerakan yang membimbing untuk mengikuti ajaran kapitalis global. Tak hanya itu, sangat diharapkan juga pemerintah dan bangsa ini harus kembali pada sumber daya alam dan ekonomi mikro. Yaitu dengan memanfaatkan, misalnya, gas dan minyak bumi, untuk kepentingan industri plastik, tekstil dan lain-lain. Juga, sudah saatnya meningkatkan industri manufaktur melalui industri dasar. Jangan lagi mengantungkan kebutuhan dasar pada negara luar.

Saya merekomendasikan Anda untuk membaca buku ini, agar kita sama-sama mencari celah supaya ekses negatif praktik neolib yang terjadi di negeri selalu bisa direduksi. Paling tidak, kita bisa mengenal seperti apa sepak terjang ajaran Neolib yang digagas Amerika pasca kemenangan kapitalisme atas komunisme.

Rahmat Hidayat Nasution, Anggota Lembaga Baca Tulis (eLBeTe) SUMUT

Tidak ada komentar: