Selamat Datang

Selamat datang dan selamat menikmati hidangan otak Anda. Blog ini khusus dirancang untuk Anda yang siap melahap dan mencari gizi-gizi buku yang bermakna.

Rabu, 18 November 2009

Mengenang Kebijakan JK


Mengenang Kebijakan JK

Judul :Solusi JK: Logis, Spontan, Tegas dan Jenaka
Penulis : Hamid Awaludin
Penerbit : Grasindo, Jakarta
Cetakan : I, 2009
Tebal : xiii + 197 halaman

Apa yang dituliskan Hamid Awaludin dalam buku ini tentang Jusuf Kalla (JK), kembali menampilkan sosok JK: sebagai manusia biasa, sebagai penjaga harkat dan martabat bangsa, dan sebagai tokoh istimewa. Dan, sosok itu kian jelas, kian kukuh, dan kian menggugah. Ia bukan hanya perhatian, jujur, dan berani, tetapi juga jernih dalam berpikir. Sehingga, dalam berpikir, JK seolah-olah memiliki pijakan yang tegar ke bumi, karena alur pikirnya kerap diselang-selingi ruang spontanitas, logis, tegas, dan terkadang diselipkan humor yang hangat. Yang sahabat media merepresentasikan dirinya sebagai darling of media, kekasihnya media.

Boleh dibilang, buku “Solusi JK: Logis, Spontan, Tegas dan Jenaka” ini menjadi representasi jawaban atas tindakan dan kebijakan JK saat terlibat dalam kancah pemerintahan. Terutama, dalam posisinya sebagai wakil presiden. Penulis yang begitu dekat dengan JK tak luput mencatat kebijakan-kebijakan JK yang terkenal dengan cepat bertindak serta memaparkan alasan-alasan JK kenapa mengambil tindakan-tindakan yang membuat publik kontroversi menilainya.

Di antara kebijakan JK yang paling banyak menuai kritik adalah, sokongannya yang begitu kuat terhadap kebijakan ujian nasional (UN). Tak sedikit publik yang menilai bahwa latar belakang Mendiknas yang lama akuntan dan JK yang pedagang, perihal nasib anak-anak sekolah pun dihitung secara kalkulatif dan kuantitatif. JK dinilai, tak menimbang betapa gelapnya situasi pendidikan negeri ini di tingkat sekolah, segelap ruang-ruang guru yang selalu dikejar-kejar target kelulusan.

Seyogyanya, klaim tersebut harus terlebih dahulu dipandang akar dasarnya, kenapa kebijakan ujian nasional (UN) dipilih. Dalam buku ini, Hamid mengupload latar belakang kebijakan UN. Pasal JK mengusung adanya UN, karena ia mengamati bahwa kian hari, mutu pendidikan di negeri ini kian rendah. Ironinya, jumlah guru semakin banyak dan kualitas latar belakang pendidikan guru rata-rata sudah sarjana. Prasarana pendidikan pun, kian hari kian baik. Usai selidik sana geledah sini, JK berkesimpulan. Mutu pendidikan rendah dikarenakan oleh mudahnya murid untuk lulus dari kelas rendah ke kelas tinggi. Bahkan, JK mendapati ponakan maupun cucu-cucunya tidak pernah kelihatan mempersiapkan diri menjelang ujian. Saat ditanya kepada mereka, jawabannya, “kan pasti lulus”.

Inilah biangnya, menurut JK. Karena kepala sekolah ditarget oleh atasan, guru ditarget oleh kepala sekolah untuk meluluskan semua murid mereka. Bila ada kelas atau sekolah tidak meluluskan murid, maka kelas dan sekolah tersebut dianggap tidak memenuhi target. Artinya, sekolah tidak lagi mendidikan anak-anak untuk kerja keras dan belajar serius, tetapi hanya menampung anak-anak untuk diformalkan dengan status tertentu. Makanya, saat JK menjabat Menko Kesra yang membidangi pendidikan, ia pun berkampanye ke mana-mana: “Perketat kelulusan”. (hal. 96-97)

Masih banyak kisah-kisah lain tentang JK yang termuat di buku ini, yang esensinya membuat kita bangga, bahwa di suatu masa di negeri ini pernah ada seseorang yang teguh pendirian, tak mengenal titik henti, logis dalam berpikir, cepat dalam tindakan, tak suka basa basi, sederhana, dan kaya dalam cara untuk mencapai tujuan. Sungguh layak jika JK dinobatkan sebagai guru bangsa, karena pada dirinya terdapat sifat dan sikap seorang guru (bangsa) yang mampu memberikan inspirasi bagi tumbuhnya kesadaran untuk bertindak, berpikir dan berasa. Seperti apa yang pernah dibilangkan William Arthur Ward, “The mediocre teacher tells. The good teacher explains. The superior teacher explains. The great teacher inspires.”

Rahmat Hidayat Nasution, Tenaga Edukatif di MTs Muallimin UNIVA Medan dan Anggota Lembaga Baca Tulis (ElBeTe) SUMUT.

Tidak ada komentar: