Selamat Datang

Selamat datang dan selamat menikmati hidangan otak Anda. Blog ini khusus dirancang untuk Anda yang siap melahap dan mencari gizi-gizi buku yang bermakna.

Sabtu, 06 Agustus 2011

Memoar dan Petuah Bijak Putra Langkat

Buku : Mutiara Melayu dari Langkat: Prof. Dr. H. Mohammad Hatta
Penulis : H. Ahmad Perdana, MA dan Dr. H. Zainal Arifin, MA
Editor : Dr. H. Muhammad Sofyan
Penerbit : Duta Azhar, Medan, 2010
Tebal : 159 halaman

Seperti dalam kata pengantar ketua tim penyusun, Dr. H. Muhammad Sofyan, buku ini dinamakan dengan mutiara lantaran memiliki keindahan. Keindahan yang bukan sekedar asyik dipandang, namun keindahan yang cukup membangkitkan semangat untuk ingin memiliki juga. Kepemilikan yang diinginkan bukan bermotif totalitas keirian, tapi bersifat ghibtoh (ada rasa ingin memiliki, tapi tak ingin hal tersebut hilang dari pemilik aslinya).

Membaca perjalanan hidup yang diarungi oleh Prof. Dr. H. Mohammad Hatta, yang digagas dalam bentuk buku dalam rangka miladnya yang ke-60 dan ulang tahun pernikahannya dengan Dra. Hj. Pipih Shopiah yang ke-33, membuat pembaca sangat memahami bahwa perjuangan untuk meraih keberhasilan dibutuhkan kerja keras dan kesiapan mental yang luar biasa. Kesiapan untuk hidup yang diawali dengan serba kebercukupan hingga kesiapan diri untuk mengalami pembunuhan karakter ketika telah menempati posisi tertentu. Inilah pesan yang sangat penting. Penting, lantaran hidup memang harus bergandengan dengan ujian. Namun di balik itu, keyakinan akan makna “fainna ma’a al-‘usri yusra, inna ma’a al-‘usri yusra’ (Setiap kesulitan pasti ada kemudahan, setiap kesulitan pasti ada kemudahan), menurut Prof. Dr. H. Mohammad Hatta, akan mampu menjadi ‘fajar terang’ di dalam diri.

Petuah menarik lainnya adalah, patuh kepada kedua orang tua dan menaati setiap pesan yang disampaikannya. Hal inilah yang menjadi salah satu cermin kerapian Prof. Dr. H. Mohammad Hatta. Ia selalu mengingat pesan orang tuanya yang berisikan harus selalu berpakaian rapi dan bersih, sungguhpun hanya dua potong, dan sangat sederhana. Tak hanya itu, cerminan menghargai orang lain, meski status sosial berada di bawah, tetap menjadi ‘pegangan hidup’ keseharian Prof. Dr. H. Mohammad Hatta. Inilah yang pernah dilakukannya saat menjabat KA KANWIL DEPAG SU. Ia pernah menerima protes karena terlalu ramah dengan cleanning service dsb.

Secara garis besar, buku ini dibagi ke dalam enam bab. Yaitu, Ayahku Hebat, Masa Kecil dan Kuliah, Keluarga Sakinah, Asa Fakultas Dakwah, Amanah KA KANWIL DEPAG SU, dan Merakyat Melalui MUI Medan. Selain itu, mutiara-mutiara yang dituangkan di dalam buku ini juga diiringi dengan penjelasan-penjelasan yang memperkuat pesan-pesan yang dituangkan. Sehingga, pembaca bisa menilai apa yang terjadi pada Prof. Dr. H. Mohammad Hatta, juga pernah terjadi pada manusia lainnya. Artinya, apa yang diraih dan terjadi pada dirinya juga pernah diraih oleh orang lain.
Hanya saja, tampilan mutiara-mutiara yang dipaparkan menjadi kurang sempurna melihat size font tulisannya kekurangseragaman. Sehingga kita menemukan ada font size yang besar dan font size yang kecil. Meski tidak mengurangi nilai mutiara-mutiara tersebut tetap saja ketidakkerapian tulisan bisa mengganggu. Apalagi sosok Prof. Dr. H. Mohammad Hatta terkenal rapi, mengapa dalam isi buku memoar perjalanan hidupnya masih ‘terselip’ kekurangrapian.

Selain itu, desain cover yang kurang memikat. Seharusnya foto profil yang Prof. Dr. H. Mohammad Hatta lebih menunjukkan kepada etnis melayunya. Artinya, foto profilnya akan lebih apik bila beliau menggunakan baju melayu. Apalagi warna kuning yang membalut covernya sendiri sudah menunjukkan cirri khas budaya melayu. Andaikan ingin menunjukkan agar lebih elegan, seharusnya pakaian wajib suku melayu, berbaju teluk belanga dan kain songket, tidak boleh luput. Elegan bisa ditampilkan dari gaya berfotonya.
Pesan saya, buku ini layak dibaca oleh siapa saja. Tidak khusus masyarakat Langkat, tapi seluruh lapisan masyarakat, baik masyarakat Sumatera utara maupun diluar Sumatera Utara. Pasalnya, mutiara-mutiara yang diungkapkan di dalam buku ini bisa menjadi jembatan bagi pembaca untuk mememahami proses meraih keberhasilan. Paling tidak, bisa menjadi penyemangat hidup bahwa keberhasilan membutuhkan pengorbanan yang luar biasa. Membutuhkan semangat yang membara. Membutuhkan keberanian dan pengorbanan.

H. Rahmat Hidayat Nasution, Lc, Pengurus Lembaga Baca-Tulis (eLBeTe) Sumut

Tidak ada komentar: