Selamat Datang

Selamat datang dan selamat menikmati hidangan otak Anda. Blog ini khusus dirancang untuk Anda yang siap melahap dan mencari gizi-gizi buku yang bermakna.

Sabtu, 06 Agustus 2011

Menulis: Terapi Penyembuhan dan Penyelaman Diri

Buku :The Miracle of Writing (Memunculkan Keajaiban Menulis)

Penulis : M. Iqbal Dawami

Penerbit : Leutika, Yogyakarta

Cetakan : Pertama, November 2010

Tebal : xiv + 167 halaman

Dengan desain cover berwarna merah darah, buku “The Miracle of Writing” kian menunjukkan kepada pembaca bahwa buku yang sedang dipegang ini akan memberikan energi besar. Ada transfer spektrum yang luar biasa yang diberikan untuk memompa semangat menulis. Sehingga, bisa diklaim, semangat yang diberikan bukan diperuntukkan bagi mereka yang hanya ingin menjadikan menulis sebagai ‘ladang’ pekerjaan. Semangat yang ingin ditransfer adalah murni semangat menulis dan menulis. Tak lebih dan tak kurang.

Tampaknya, opini Iqbal Dawami, penulis buku ini, senada dengan Natalie Goldberg, penulis buku “Writing Down the Bones: Freeing the Writter Within” bahwa menulis adalah cara untuk membantu dalam menyelami kehidupan dan menjadi seimbang. Karena itu, penulis buku ini memaparkan proses demi proses yang terjadi dalam menulis dengan sederhana dan renyah untuk dinikmati.

Menulis adalah aktivitas yang menakjubkan. Karena selain cara terbaik untuk mengungkapkan isi hati juga bisa menjadi terapi. Terapi yang dihasilkan bukan sekedar untuk penyakit yang ringan, tapi juga untuk penyakit yang berat seperti kanker. Dalam buku ini, pembaca akan diberi suplemen cerita-cerita rill bahwa menulis kerap dijadikan terapi sederhana untuk mengurangi beban penyakit yang diderita.

Dapat dikatakan, M. Iqbal Dawami, penulis buku ini tampak sekali menunjukkan spesialisasi menulisnya di rubrik resensi. Pasalnya, cukup banyak kutipan-kutipan yang diangkat penulis yang, sepertinya, merupakan catatan-catatan hariannya tentang buku-buku yang telah dibacanya sebelum diresensi. Sehingga, saat ingin menunjukkan gagasan seorang tokoh, ia tidak hanya mengungkapkan gagasannya saja, tapi juga diiringi dengan kepribadian sang tokoh.

Tentunya, buku ini menjadi kaya. Kaya akan informasi dan kaya semangat. Saking besarnya kekayaan buku ini, penulis tak ada rasa canggung untuk menyatakan bahwa menulis sebagai jalan asketis. Jalan yang harus siap untuk angkat sumpah dalam hati dengan setekun-tekunnya membaca, menulis, beraktivitas dan bersiap hidup miskin (hal. 41).

Keberanian penulis menjustifikasi demikian, tentunya, menabrak opini para penulis buku lain yang menyatakan siapa bilang penulis tidak bisa kaya. M. Iqbal Dawami berani bicara jujur bahwa jalan menulis bukanlah jalan bisnis. Jalan menulis adalah jalan pengabdian diri yang total pada kelanjutan ingatan peradaban bagi generasi berikutnya. Maka penulis sejati, lanjut M. Iqbal dawami, adalah penulis yang menunaikan kewajibannya dengan hanya menulis dan menulis. Bukan sibuk dengan menghitung besarnya royalti.

Buku ini dibagi penulis menjadi enam bagian: Bukti ilmiah keampuhan terapi menulis, Menulis dan peradaban, Melejitkan diri lewat menulis, Orang-orang yang Tercerahkan dengan Menulis, Mengaca pada Catatan Harian Terkenal, dan Merencanakan Hidup Sukses dan Bahagia dengan Menuliskannya.

Dan, buku ini akan lebih sempurna memberikan motivasi dan semangat dalam menulis, jika dikombanasikan dengan buku “Seni Mengukir Kata” karya Mulyadhi Kartanegara. Karena di dalam buku ini juga mengajarkan cara menulis terbaik adalah dengan aktif membuat catatan harian. Dengan aktivitas tersebut akan memudahkan di dalam menyusun tulisan yang diinginkan, baik tulisan yang ringan maupun yang berat seperti karya ilmiah. Intinya, kedua penulis sepakat dengan apa yang dikatakan imam al-Ghazali, “sepudar-pudar tulisan masih lebih baik daripada pikiran yang baik, tetapi tak terlestarikan.”

Rahmat Hidayat Nasution, Pengurus Lembaga Baca-Tulis (eLBeTe) Sumatera Utara

Tidak ada komentar: